Kegiatan kemah budaya internasional yang digagas oleh Kantor Urusan Internasional Universitas Jember melalui "Universitas Jember 2nd International Cultural Camp" (UJICC) menjadi salah satu program kampus setempat untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada mahasiswa asing.
Sebanyak sembilan peserta dari lima negara tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang kesenian, budaya, dan kearifan lokal warga Indonesia, terutama warga di sekitar Kampus Universitas Jember, Jawa Timur tersebut.
Peserta yang mengikuti kemah budaya internasional Unej tahun 2016 yakni Dimitri Model dan Anna Zweigardt dari Jerman, Muhammad Ilyas bin Abdul Razak asal Malaysia, Aleksander Orlovs dari Skotlandia, Kyaw Zin Linn dan Sai Phyoe Zin Aung asal Myanmar, kemudian Matthews Ammon Philip Tristram, Benjamin David Dimaano dan George Ryan Ang Lim dari Filipina.
Kegiatan yang bertema "Experiencing The Jewels of East Java, Arts and Culture" yang digelar 31 Juli hingga 11 Agustus 2016 itu mengenalkan kebudayaan Indonesia, mulai dari belajar bahasa Indonesia, tari tradisional, kesenian musik gamelan, pencak silat, dan lagu-lagu tradisional.
Bahkan mereka juga diajak untuk melihat produk-produk lokal Jember dan sekitarnya dengan berkunjung ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, industri batik di Bondowoso, industri cerutu Bobbin PTPN X, Tarutama Nusantara, Museum Tembakau, dan Pusat oleh-oleh khas Jember.
"Program UJICC bertujuan memperkenalkan budaya dan lingkungan di Kampus Tegalboto Unej serta memperkenalkan bahasa, seni, kehidupan dan kearifan lokal, juga keindahan alam Kabupaten Jember dan sekitarnya," kata Ketua Panitia kemah budaya internasional Unej Aditya Wardana.
Para peserta juga diajak berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Islam di Kelurahan Antirogo, melihat persiapan Jember Fashion Carnaval (JFC), dan melihat sejumlah objek wisata yakni Gunung Ijen, Pantai Pasir Putih Malikan (Papuma), dan Bukit Panorama Rembangan.
Aditya memuji semangat belajar dan daya adaptasi semua peserta UJICC 2016 karena dalam waktu sepuluh hari, mereka sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan mereka juga suka makan masakan Indonesia, bahkan menikmati sambal yang cukup pedas.
Peserta "Universitas Jember International Cultural Camp" yang berasal dari lima negara tersebut juga dinobatkan sebagai duta Unej pada malam perpisahan yang digelar panitia di Gedung Keluarga Alumni Unej (Kauje), sehingga mereka akan mengenalkan budaya Indonesia dan kearifan masyarakat lokal Jember ke negara peserta masing-masing.
"Mereka akan memperkenalkan kebudayaan dan kesenian Indonesia, serta keberadaan Unej beserta berbagai produk lokal Jember dan sekitarnya di negaranya, minimal di perguruan tingginya masing-masing peserta," paparnya.
Sembilan peserta kemah budaya yang berasal dari lima negara tersebut telah pulang kembali ke negara asalnya pada Kamis (11/8) dengan membawa kenangan yang tidak mungkin terlupakan tentang Unej dan Jember.
Rektor Universitas Jember Moh Hasan mengatakan kegiatan kemah budaya internasional itu memberikan kesempatan mahasiswa asing untuk belajar dan tidak hanya pengalaman antar-budaya tetapi pemahaman tentang budaya dan kearifan lokal, ekologi, pertanian dan industri unggulan di Kabupaten Jember.
"Program itu dibangun dalam rangka mencapai tujuan Unej untuk menjadi universitas kelas dunia, sehingga penyelenggaraan Unej dikoordinasi oleh Kantor Urusan Internasional dan beberapa pihak yang berkompeten," tuturnya.
Ia mengatakan pembeda penyelenggaraan UJICC kedua dengan yang pertama yakni kali ini peserta tidak saja mendapatkan pengalaman dan pengetahuan selama di Jember, namun peserta diwajibkan untuk menjadi duta terbaik Unej untuk memperkenalkan kembali budaya, seni, kearifan lokal, dan produk unggulan Jember ke negaranya masing-masing.
"Dengan dijadikannya peserta Unej International Cultural Camp sebagai duta Universitas Jember, kami mengharapkan kampus Tegalboto Unej akan dikenal luas oleh dunia," katanya.
Terpukau Keramahan dan Masakan Indonesia
Peserta dari University of San Carlos Filipina Matthews Ammon Philip Tristram tak henti-hentinya memuji keramahan warga Indonesia yang ditemui di beberapa lokasi baik di dalam Kampus Unej maupun di setiap lokasi kunjungan di luar kampus.
"Saya sangat kagum dengan keramahan warga Indonesia yang ada di Jember, mereka begitu ramah kepada siapapun. Sangat luar biasa," tuturnya dalam bahasa Inggris.
Pemuda yang wajahnya mirip bintang sinetron Marcell Chandrawinata itu sempat terheran-heran dengan kebiasaan masyarakat di Indonesia yang semenjak pagi sudah beraktivitas.
"Banyak jadwal kegiatan dalam UJICC yang dimulai pagi hari, padahal saya masih ngantuk karena tidak terbiasa melakukan aktivitas yang padat pada pagi hari," ujarnya.
Ia juga sangat memuji kebiasaan warga Indonesia yang selalu bekerja keras dalam melakukan hal apapun, bahkan saat pagi hari aktivitas warga cukup padat untuk melakukan rutinitas pekerjaan sehari-hari.
"Masyarakat yang kami temui di sejumlah kunjungan sangat baik dan rata-rata mereka tipe pekerja keras. Ini pertama kalinya saya berkunjung ke Indonesia dan saya sangat betah di sini karena suasana keakraban dan kekeluargaan selalu terjalin baik," katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Aleksandrs Orlovs, mahasiswa University Glasgow, Skotlandia yang selalu kagum dengan keramahan dan sambutan masyarakat di setiap kunjungan yang dilakukan para peserta UJICC.
"Setiap hari kami melihat keramahan dan kebaikan yang ditunjukkan warga Indonesia, bahkan mereka selalu tersenyum setiap bertatap muka dengan semua orang, bahkan kami yang tidak pernah mereka kenal," kenangnya.
Mahasiswa yang biasa dipangil Alex itu juga terkejut melihat kondisi lalu lintas selama perjalanan di sejumlah tempat kunjungan di Jember dan sekitarnya yang bertolak belakang dengan lalu lintas di Soktlandia yang serba tertib.
"Lalu lintas di sini sungguh menakutkan dan sangat berbeda di negara saya, namun saya menikmatinya dalam setiap perjalanan itu," ujarnya sambil tertawa.
Ia juga menyukai masakan Indonesia yang disuguhkan panitia, bahkan makanan yang cenderung pedas seperti sambal juga menjadi sesuatu yang baru bagi lidah warga negara Skotlandia itu.
"Saya sangat suka makanan-makanan pedas khas Indonesia yang tidak pernah saya jumpai di Skotlandia dan semua makanannya enak," katanya.
Peserta asal Malaysia, Muhammad Ilyas bin Abdul Razak mengaku banyak belajar dari kegiatan UJICC. Walaupun budaya dan kondisi antara Indonesia dan Malaysia tidak jauh berbeda, mahasiswa Ilmu Hukum dari Universiti Sains Islam Malaysia ini banyak mendapatkan pengalaman baru selama berada di Jember.
"Yang paling saya senangi mencoba makanan khas Indonesia, ragam macamnya sungguh banyak," tutur mahasiswa asal Negeri Sembilan, Malaysia.
Seluruh peserta mengaku sangat takjub dengan keindahan "blue fire" Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.386 meter dari permukaan laut, yang berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi-Bondowoso itu.
Pelajaran yang tidak terlupakan juga diungkapkan oleh Anna Zweigardt mengenai Islam dan muslim di Indonesia, khususnya di Kabupaten Jember.
Mahasiswi Flensburg University of Applied Sciences itu menceritakan pengalamannya mengunjungi Pondok Pesantren Nurul Islam di Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember.
Menurutnya, Islam yang dilihatnya secara langsung tersebut adalah Islam yang damai dan tidak seperti yang didengar kebanyakan orang di dunia barat.
"Saya akan kabarkan kepada kawan-kawan di Jerman, bahwa Islam itu sama sekali tidak identik dengan kekerasan, seperti yang ada dalam benak sebagian orang di dunia Barat," tutur satu-satunya peserta perempuan di UJICC 2016.
"Saya akan kabarkan kepada kawan-kawan di Jerman, bahwa Islam itu sama sekali tidak identik dengan kekerasan, seperti yang ada dalam benak sebagian orang di dunia Barat," tutur satu-satunya peserta perempuan di UJICC 2016.
Rangkaian kegiatan UJICC 2016 yang resmi ditutup oleh Pembantu Rektor I, Zulfikar yang ditandai dengan penyerahan sertifikat dan cendera mata kepada seluruh peserta pada malam perpisahan, Rabu (10/8) dan acara malam itu juga dimeriahkan dengan penampilan para pendamping dan unjuk kebolehan para peserta dengan berbusana khas negara masing-masing.
"Mengikuti UJICC 2016 sungguh sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan, kami memang datang sebagai orang asing, namun kami pulang sebagai teman," ujar Anna yang menyampaikan pidato perpisahan dalam Bahasa Indonesia mewakili rekan-rekannya.(*)