Surabaya (Antara Jatim) - Tujuh peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya meneliti penyebab fenomena paus terdampar di perairan pantai Probolinggo, Jatim.
"Kami meneliti penyebab fenomena paus jenis pilot yang terdampar di perairan sekitar Probolinggo-Situbondo, dengan mengambil sampel dari tiga paus pilot yang sudah mati," kata ketua tim peneliti, M Yunus, drh PhD, di Surabaya, Jumat.
Bersama para anggota lainnya yang terdiri dari Muhammad Achsinul Fikri Ma'ruf, Dohan Mahendra, Ruth Tyas Adventine, Akbar Haryo, dan Happy Ferdiansyah, ia mengatakan ada berbagai penyebab terjadinya paus pilot terdampar.
"Satu minggu yang lalu, kita sudah menduga ketika mengadakan pelatihan dan pendidikan terhadap beberapa ahli untuk penanganan mamalia laut yang terdampar, seperti dugong, paus, dan lumba-lumba di Situbondo," ujarnya.
Kemudian, ia menambahkan laporan dari beberapa nelayan menyebutkan jika sudah ada migrasi koloni mamalia laut yang berputar-putar di perairan Probolinggo-Situbondo.
"Bisa jadi paus terdampar karena adanya rob atau gelombang pasang yang tidak beraturan, maka alur migrasi koloni paus pilot berputar-putar, sehingga membingungkan. Migrasi mamalia ini beraturan, mereka bergerak atas orientasi sensor antara otak dan saluran pernapasan," jelasnya.
Selain itu, lanjutnya mamalia laut pun seperti masyarakat yang memiliki pemimpin, penjaga koloninya, pencari makan hingga anggota. Salah satu keunikan yang diamati, dalam bermigrasi itu tatkala ada salah satu anggota sakit," tuturnya.
Ketika salah satu anggota mamalia ada yang sakit, ia menambahkan maka para anggota lainnya tidak mau berpisah, mereka akan menjaga yang sakit, sehingga mereka ikut terdampar secara massal.
"Lalu bisa jadi paus pilot ini menghindari predator, seperti hiu paus yang memakan ikan lebih kecil. Namun ada juga prediksi lain, seperti mencari tempat yang nyaman, kemungkinan mungkin wilayah pesisir pantura ini nyaman," ujarnya.
Menurut dia, koloni paus pilot bisa jadi karena mencari makanan yang lagi banyak, sehingga mengikuti alur ikan-ikan kecil kemudian terdampar secara menyebar.
"Dari 32 paus pilot yang terdampat, kami bekerja sama dengan dinas terkait, warga dan institusi yang ikut berpartisipasi, telah mengembalikan sekitar 20 paus ke laut lepas," tandasnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, sembilan paus yang telah mati dikubur di sekitar pantai dengan kedalaman antara 6-7 meter, sedangkan sisanya masih dalam proses penyelamatan. (*)