Surabaya (Antara Jatim) - Empat seniman dengan latar belakang profesi yang berbeda memamerkan karya bertajuk 'Ampyang, Kacang Cino Gulo Jowo' sebagai perpaduan budaya China dan Jawa.
"Empat seniman Surabaya dari 4 profesi yaitu Arsitek, Fotografer, Grafis (fotografer) dan Desain interior memadukan antara budaya China dan Jawa yang telah tumbuh dan berkembang di tengah–tengah masyarakat Indonesia sejak dulu," kata Fotografer, Hari Yong Condro di Surabaya, Rabu.
Ia mengatakan keunikan pembauran dan toleransi yang timbul untuk kepentingan kebersamaan melatar belakangi konsep akulturasi budaya China dan Jawa, sehingga menghasilkan karya yang akan dipamerkan mulai 27 Mei–18 Juni di Galeri House of Sampoerna.
"Kegiatan sehari–hari yang seakan budaya lokal tanpa disadari, merupakan asimilasi dan akulturasi dari berbagai budaya asing. Penggambaran akulturasi budaya dalam kehidupan sehari-hari ditampilkan dalam 20 karya," kata dia.
Menurut dia, tema Ampyang diambil dari nama jajanan yang awalnya terbuat dari Kacang Cina dan Gula Jawa (Gula Kacang), dan juga sebutan yang dipergunakan bagi anak dari hasil pernikahan campuran antara Tionghoa dan Jawa.
"Saya menampilkan lukisan tinta cina, sketsa lingkungan (urban sketching), lukis cat air dan lukis scribble (coretan), sedangkan rekan saya berprofesi arsitek, Aloysius Erwin mengangkat bangunan cagar budaya dan kota tua dalam aliran urban sketching," paparnya.
Di sisi lain, seorang crafter, Nani Wijaya menuangkan pemikiran akulturasi dalam media cat air diatas kayu, kertas dan polikarbonat.
"Saya membawa pesan tentang tokoh Gesang dan bakmi, sedangkan Dosen Interior Desain, Rachmad Priyandoko memilih menggunakan kawat, kap mobil, mika dan papan whiteboard untuk mengimajinasikan punakawan," terangnya.
Sedangkan B.G.Fabiola Natasha yang berlatar belakang seorang desain grafis, menggunakan tinta cina sebagai media untuk memvisualisasikan beberapa dolanan rakyat dan kesenian Indonesia pada kertas phi zhi. (*)