Bangkalan (Antara Jatim) - Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, mempersiapkan pakan ternak alternatif berupa hasil fermentasi guna menyiasati kekurangan pakan saat kemarau.
Kepala Bidang Budi Daya dan Pengembangan Agribisnis pada Dispertanak Bangkalan Siti Sumira di Bangkalan, Senin mengatakan pembuatan pakan ternak hasil fermentasi itu dilakukan agar para peternak tidak tergantung pada pakan konvensional.
"Sebenarnya sebagian peternak di Bangkalan ini sudah ada yang memanfaatkan pembuatan pakan hasil fermentasi itu, namun kami di dinas perlu memotori agar peternak lain bisa melakukan hal yang sama," katanya.
Menurutnya, program pembuatan pakan ternak dengan sistem fermentasi atau "silase" sudah berlangsung sejak dua tahun oleh sebagian kelompok peternak.
Hanya saja, teknik dan metode pembuatan belum dipahami oleh semua peternak. Oleh karenanya, tahun ini Pemkab Bangkalan hendak melakukan pendampingan untuk pembuatan pakan ternak dengan pola fermentasiagar para peternak nantinya tidak kesulitan membuat pakan ternak alternatif dan tidak hanya bergantung pada ketersediaan rumput.
"Soalnya kalau musim kemarau, para peternak umumnya kesulitan untuk mendapatkan rumput karena kekeringan," katanya.
Pakan silase atau fermentasi ini, sambung dia, bisa awet, dan bisa bertahan hingga enam bulan, bahkan kadang hingga satu tahun.
Dengan menggunakan pakan ternak dari hasil fermintasi itu, maka ia yakin, para peternak tidak akan kesulitan mendapatkan pakan ternak sapi.
Ia menjelaskan, pakan ternak hasil fermentasi itu menggunakan bahan probiotik atau bahan organik yang diolah dengan rumput yang masih segar. Seperti pohon jagung, rumput gajah, pelepah pisang, dan jerami padi.
Bahan-bahan itu selanjutnya dicampur dengan bahan organik. Kemudian ditaruh di tempat yang lembab, hingga akhirnya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi.(*)
Kepala Bidang Budi Daya dan Pengembangan Agribisnis pada Dispertanak Bangkalan Siti Sumira di Bangkalan, Senin mengatakan pembuatan pakan ternak hasil fermentasi itu dilakukan agar para peternak tidak tergantung pada pakan konvensional.
"Sebenarnya sebagian peternak di Bangkalan ini sudah ada yang memanfaatkan pembuatan pakan hasil fermentasi itu, namun kami di dinas perlu memotori agar peternak lain bisa melakukan hal yang sama," katanya.
Menurutnya, program pembuatan pakan ternak dengan sistem fermentasi atau "silase" sudah berlangsung sejak dua tahun oleh sebagian kelompok peternak.
Hanya saja, teknik dan metode pembuatan belum dipahami oleh semua peternak. Oleh karenanya, tahun ini Pemkab Bangkalan hendak melakukan pendampingan untuk pembuatan pakan ternak dengan pola fermentasiagar para peternak nantinya tidak kesulitan membuat pakan ternak alternatif dan tidak hanya bergantung pada ketersediaan rumput.
"Soalnya kalau musim kemarau, para peternak umumnya kesulitan untuk mendapatkan rumput karena kekeringan," katanya.
Pakan silase atau fermentasi ini, sambung dia, bisa awet, dan bisa bertahan hingga enam bulan, bahkan kadang hingga satu tahun.
Dengan menggunakan pakan ternak dari hasil fermintasi itu, maka ia yakin, para peternak tidak akan kesulitan mendapatkan pakan ternak sapi.
Ia menjelaskan, pakan ternak hasil fermentasi itu menggunakan bahan probiotik atau bahan organik yang diolah dengan rumput yang masih segar. Seperti pohon jagung, rumput gajah, pelepah pisang, dan jerami padi.
Bahan-bahan itu selanjutnya dicampur dengan bahan organik. Kemudian ditaruh di tempat yang lembab, hingga akhirnya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi.(*)