Kabupaten Jember dikenal sebagai kabupaten tembakau dengan tari tradisionalnya Lahbako (Lha=Mengolah, Bako=Tembakau), sehingga tari tradisional tersebut menggambarkan kehidupan petani dalam mengolah tanaman tembakau.
Kata tembakau yang identik dengan Jember tersebut juga menginsipirasi seorang warga di Kecamatan Panti yakni Haryanto untuk membuat kuliner "Lobako" yang merupakan kepanjangan dari lontong mbako (lontong tembakau).
Namun, jangan membayangkan lontong tersebut dicampur dengan daun tembakau yang biasa digunakan sebagai bahan pembungkus rokok, karena sajian kuliner tersebut menggunakan telur orak-arik yang dibentuk seperti daun tembakau yang sudah dirajang.
"Tidak ada daun tembakau dalam masakan Lobako, namun kami membuat kreasi orak-arik telur yang menyerupai rajangan daun tembakau dan nama Lobako mudah diingat untuk pecinta kuliner bahwa masakan itu khas Pendhalungan Jember yang dikenal sebagai penghasil tembakau terbesar di Indonesia," ujarnya.
Masakan lontong berkuah santan dengan rempah-rempah Indonesia yang diberi toping edamame kering dan kerupuk rebus itu merupakan sajian kuliner turun temurun di keluarganya yang biasa disajikan untuk perayaan Hari Raya Idul Fitri.
"Kuah Lobako itu berbeda dengan kare, rawon, dan soto. Kalau dibilang soto atau kare, bukan soto dan kare karena Lobako menggunakan rempah kluek, namun saat dibilang rawon ya bukan rawon karena menggunakan santan. Perpaduan bumbu kluek dan santan kental itu yang menjadikan ciri khas cita rasa masakan Lobako," tuturnya.
Biasanya kerupuk yang disajikan dalam setiap masakan berkuah akan digoreng dan diletakkan terpisah, namun dalam masakan Lobako, kerupuk tersebut direbus bersama bumbu rempah dan edamame yang menjadi salah satu andalan Jember juga dijadikan sebagai toping yang digoreng kering.
Ada tiga macam rasa yang disajikan dalam masakan Lobako yakni Lobako sapi yang menggunakan daging sapi, kekel atau jeroan, kemudian Lobako ayam yang menggunakan daging ayam beserta jeroan dan ceker (kaki ayam), selanjutnya Lobako seafood yang menggunakan varian cumi-cumi, kepiting, dan udang.
"Penikmat kuliner bisa memilih masakan Lobako sesuai selera dengan tiga macam pilihan tersebut, sehingga kalau mereka tidak suka daging sapi bisa memilih Lobako seafood atau ayam, dan mungkin sebaliknya," imbuhnya.
Hariyanto mengatakan lontong kuah tersebut sangat pas dan cocok dihidangkan bersama sambal bajak, sehingga berbeda dengan masakan lontong kuah kare yang biasanya disajikan dengan sambal petis.
"Kami berkreasi dan berinovasi untuk menciptakan resep masakan khas Pendhalungan Jember dan resep Labako sudah turun temurun menjadi resep keluarga yang selalu disajikan pada perayaan Lebaran Ketupat," ujar pria yang pernah bekerja sebagai koki Cafe Borneo di Brunei Darussalam.
Bagi anda yang tertarik dengan sajian kuliner Lobako bisa langsung menghubungi warga Desa/Kecamatan Panti tersebut atau melalui Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Jember yang menjadikan masakan Labako sebagai salah satu masakan dalam Festival Kuliner Pendhalungan Jember.
"Kami masih belum punya warung untuk mengenalkan masakan Lobako kepada masyarakat karena masakan itu masih menjadi kuliner rumahan, namun kami siap menerima pesanan dengan harga yang variatif yakni seporsi Labako ayam berkisar Rp8.000 hingga Rp12.000 per porsi, Labako sapi Rp14.000 hingga Rp18.000 per porsi, dan Labako seafood Rp15.000 hingga Rp21.000 per porsi," tuturnya.
Meskipun tidak menjadi pemenang dalam ajang festival kuliner tersebut, banyak pengunjung yang memenuhi stand Haryanto hanya karena penasaran untuk mencicipi masakan yang unik dan lezat tersebut.
"Saya mengaku bangga dapat menjadi bagian dari peserta festival karena yang penting bisa mengenalkan kuliner daerah hingga diketahui oleh masyarakat luas dan hal itu merupakan kebahagiaan tersendiri untuk memelihara warisan kuliner nusantara," katanya, menambahkan.(*)