Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya meraih peringkat pertama Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terbaik se-Indonesia.
"Kami sangat gembira, bangga, sekaligus terharu mendengar kabar ini," kata Wakil Rektor Bidang Akademik UK Petra, Prof Dr Ir Djwantoro Hardjito M.Eng di Surabaya, Jumat.
Berdasarkan informasi yang terdapat pada laman resmi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) mengenai hasil pemeringkatan, UK Petra Surabaya menduduki peringkat ke-15 dari 3.320 Perguruan Tinggi di Indonesia yang dievaluasi.
Peringkat ke-15 itu sekaligus menjadi ketetapan bahwa UK Petra merupakan perguruan tinggi swasta (PTS) terbaik se-Indonesia. (http://ristekdikti.go.id/sk-klasifikasi-dan-pemeringkatan-perguruan-tinggi-di-indonesia-tahun-2015/).
Dalam Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI No 492.a/M/Kp/VIII/2015 tentang Klasifikasi dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi di Indonesia Tahun 2015 pada dalam laman itu merinci empat kriteria pada setiap perguruan tinggi di Indonesia.
Keempat penilaian itu mencakup Kualitas Sumber Daya Manusia, Kualitas Manajemen, Kualitas Kegiatan Kemahasiswaan serta Kualitas Penelitian dan Publikasi Ilmiah.
Data yang dirilis oleh Kemenristek-Dikti itu mencatat skor total (nilai) yang diraih oleh UK Petra mencapai 2.655.
"Itu merupakan pengakuan dan konfirmasi dari Kemenristek-Dikti RI atas kinerja, kualitas dan kerja keras seluruh keluarga besar UK Petra, dan keseriusan UK Petra dalam menjalankan panggilan dan pelayanannya di bidang pendidikan tinggi di Indonesia," kata Prof Djwantoro.
Sementara itu, Rektor UK Petra, Prof Ir Rolly Intan M.ASc Dr.Eng, berjanji akan terus meningkatkan kinerja.
"UK Petra tidak akan berpuas diri dengan prestasi dan penghargaan ini justru memberikan tanggung jawab yang besar bagi UK Petra untuk terus mengembangkan diri," katanya.
Pengembangan itu dalam meningkatkan kualitas dosen, penelitian, tata kelola dan mahasiswa, termasuk bagaimana mempersiapkan para lulusan agar semakin berperan dalam persaingan MEA.
"Salah satu program konkret yang dilakukan adalah kerja sama internasional dengan perguruan tinggi luar negeri yang berkualitas semakin ditingkatkan agar para mahasiswa semakin mendapatkan banyak kesempatan berpartisipasi di berbagai program internasional," katanya.
Akreditasi Unusa
Sementara itu, Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Prof Dr Mansyur Ramly, menyatakan proses akreditasi program studi maupun akreditasi institusi di beberapa PTS banyak terbentur pada keterbatasan sumber daya manusia (SDM).
"Akreditasi merupakan sistem penjaminan mutu yang dilakukan secara eksternal oleh BAN PT, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi," katanya di Universitas NU Surabaya atau Unusa (17/2).
Dalam acara Pengarahan Akreditasi Perguruan Tinggi dan Program Studi di lingkungan Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU), ia mengatakan akreditasi dilakukan untuk menyiapkan dan menghasilkan lulusan yang berkualitas sekaligus dapat dan mampu bersaing di era global.
"Karena itulah akreditasi berprinsip pada continuous quality improvement yang tidak bisa diperoleh dalam waktu singkat dan sesaat. Ada sebuah PTS yang memperoleh akreditasi institusi dengan nilai tertinggi A, ketika dikonfirmasi bahwa apa yang diraihnya adalah hasil simulasi dan kerja setahun lebih," katanya.
Oleh karena itu, akreditasi bukan sekadar nilai, komitmen, dan kebiasaan akan penjaminan mutu dari institusi, tapi merupakan budaya yang harus melekat pada institusi tersebut terkait dengan penjaminan mutu dan kualitas.
"Ke depan, akreditasi akan mengalami perubahan, tidak lagi dalam bentuk A, B, dan C, tapi akan diubah menjadi unggul, baik sekali, dan baik, yang dimaknai berturut-turut sebagai berdaya saing internasional, berdaya saing nasional, dan berdaya saing lokal," katanya.
Dalam kesempatan itu, Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng mengatakan akreditasi bagi UNUSA adalah bagian dari pertanggungjawaban publik dalam hal memberikan layanan pendidikan berkualitas, yang diperoleh dari luar institusi atau eksternal.
"Karena itu, kami memandang akreditasi ini sangatlah penting. Karena itu kami mengajak seluruh sivitas akademika untuk bersungguh-sungguh, tidak hanya sekadar menggugurkan kewajiban, tapi kami memang ingin menjadi lebih baik dalam pengembangan mutu yang diperoleh secara eksternal," katanya.
Terkait dengan persyaratan SDM yang memang menjadi isu di beberapa PTS, Jazidie meyakini jika pihaknya juga telah menyiapkannya dengan sungguh-sungguh.
"Kami tidak hanya mempelajari tahapan-tahapan apa yang harus dilalui, tapi juga menyiapkan semua dokumen yang diperlukan dalam tiap standar yang akan menjadi pokok penilaian untuk mendapatkan akreditasi maksimal," katanya.
Dari 14 program studi di Unusa tercatat sembilan diantaranya adalah program studi di bidang kesehatan, yang akreditasinya dilakukan selain oleh BAN PT juga oleh Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). (*)