Siang itu, Minggu 10 Januari 2016 sekitar pukul 14.00 WIB, rombongan wisata keluarga Antara Jatim yang diangkut dua bus eksekutif telah beranjak pergi meninggalkan bumi suku adat Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Sedikit lelah dan berkeringat, namun keceriaan masih terpancar di antara peserta wisata yang masih terkesima dengan aneka suguhan khas adat suku Osing yang memesona.
Mulai dari ritual penyambutan arak-arakan barong sapu jagat, aneka makanan khas suku Osing, hingga pertunjukan kesenian masyarakat adat setempat yang masih terawat baik.
Dikemas dalam satu paket wisata adat, salah satu suguhan "etno-entertainment" yang banyak mendapat apresiasi peserta wisata tentu saja adalah sajian makanan khas suku Osing, pecel pitik.
Selain memang sudah pada lapar setelah ramai-ramai mengunjungi wahana wisata Bangsring under Water (Bunder) dan ber-"snorkeling" ria di penangkaran hiu, proses penyajian tumpeng pecel pitik bersama aneka penganan khas lain dalam pertunjukan ritual adat suku Osing membuat semua merasa terkesan.
Belum lagi, menu penganan pecel pitik yang hanya bisa dinikmati dalam ritual selamatan bersih desa atau khitanan warga adat Osing ini tergolong gurih dan lezat.
Ada beberapa menu penganan lain yang melengkapi tumpeng pecel pitik. Di antaranya, tumpeng srakat yang berisi segala macam sayuran, nasi "sego golong" yang berisi telur dan dibungkus dengan daun pisang, jajanan "poro bungkil", lepet dari ketela pohon yang dihaluskan, hingga tape yang dibungkus daun kemiri khas Desa Kemiren.
Bahkan saking asyiknya menyantap suguhan tradisional suku Osing itu, beberapa "ingkung" (potong) masakan ayam kampung muda yang disuguhkan dengan taburan kelapa muda itu ludes dalam sekejap.
Beruntung, masyarakat adat di Desa Kemiren yang telah terlatih dalam melayani paket etno-wisata suku Osing telah mengantisipasi hal itu.
Dalam hitungan detik jelang ingkung ayam muda tinggal potongan tulang di atas tampah bambu, beberapa ingkung lain yang masih utuh segera tiba dan kembali diserbu keluarga Antara Jatim.
"Ahayy....., pecel pitiknya enak. Bumbu kelapa mudanya juga gurih, sayang jika makannya sedikit," ucap Rindu, salah satu peserta wisata yang bertubuh sedikit gendut.
Selain memang lezat dan dikenal sebagai penganan langka yang masyarakat adat Osing sendiri tak setiap waktu bisa menikmati, proses penyuguhan yang dikemas bersamaan dengan pertunjukan kesenian adat suku Osing membuat menu makan siang itu terasa jauh lebih nikmat.
Kenyangnya bahkan terasa hingga perjalanan pulang kembali ke Surabaya, setelah terlebih dulu belanja jajanan di pusat oleh-oleh di pinggiran Kota Banyuwangi.
Cara Membuat Pecel Pitik
Rasa khas pecel pitik hasil racingan asli suku Osing benar-benar bikin ngiler.
Edwianna, salah satu peserta wisata keluarga besar Antara Jatim mengaku penasaran untuk membuat sajian pecel pitik ala penganan khas masyaradat adat suku Osing, Banyuwangi.
Namun karena saat di lokasi kampung adat suku osing di Desa Kemiren lalu tak sempat tanya-tanya ke warga lokal mengenai resep membuat pecel pitik, ibu muda inipun memilih "googling" mencari informasi di dunia maya atau internet.
Hasilnya, diperoleh beberapa literatur paktis tentang tips membuat menu masakan pecel pitik.
"Bahannya mudah didapat, bumbunya juga sederhana. Cuma proses membakar daging ayam dan memasaknya akan lebih baik jika menggunakan tungku tradisional dengan bahan bakar kayu," ujar Edwianna.
Berikut beberapa langkah membuat masakan pecel pitik ala penganan khas suku Osing yang konon hanya dibuat untuk suguhan upacara adat bersih desa, khitanan, selamatan sawah ataupun ritual adat lainnya itu.
Bahan pertama yang harus disediakan adalah ayam kampung muda, berusia sekitar 7-8 bulan, serta buah kelapa yang tidak terlalu tua.
Ayam kampung yang belum memasuki usia kawin tersebut lalu disembelih dan dibersihkan, sebelum kemudian dipanggang hingga matang.
Sementara untuk penyedap rasa, bumbu masak untuk membuat pecel pitik terdiri dari garam, kemiri yang digoreng, air kelapa, cabai merah, serta cabai rawit.
Setelah matang, daging ayam yang telah masak itu di parut kecil-kecil dan dicampur dengan parutan kelapa.
Terakhir, campurkan bumbu yang telah diolah ke dalam parutan kelapa beserta ayam panggang yang telah dipotong-potong sesuai selera, dan tambahkan air secukupnya.
Aduk hingga merata seluruh bahan tadi, dan sajikan dengan nasi, selesai. Penasaran juga ingin mencoba?.
Menurut pesan tokoh budaya sekaligus koordinator pemandu wisata Antara Jatim di Banyuwangi, Aekanu Haryono, berkunjunglah dulu ke Desa Kemiren dan nikmati sajian khas pecel pitik versi asli penganan adat tersebut di daerah asalnya.
Dijamin, nikmatnya bersama suguhan suasana ritual adat di kebun panggung terbuka terbuka dan dengan pemandangan pematang-pematang sawah membuat cita rasanya tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan hasil olahan sendiri rumah.
Hasil masakan di rumah bisa jadi memang lezat. Tetapi masakan asli suku Osing di Kemiren tentu saja "juauhh lebih uwenak". hehee... selamat berwisata ke suku Osing di desa Kemiren dan ... salam Kuliner Nusantara! (*)
Pecel Pitik Kemiren yang Selalu Bikin "Ngiler"
Jumat, 12 Februari 2016 6:36 WIB
"Ada beberapa menu penganan lain yang melengkapi tumpeng pecel pitik. Di antaranya, tumpeng srakat yang berisi segala macam sayuran, nasi "sego golong" yang berisi telur dan dibungkus dengan daun pisang, jajanan "poro bungkil", lepet dari ketela pohon yang dihaluskan, hingga tape yang dibungkus daun kemiri khas Desa Kemiren"