Jember (Antara Jatim) - Ketua DPRD Jawa Timur, Halim Iskandar, memberikan orasi ilmiah tentang angkatan kerja di hadapan ratusan wisudawan Universitas Jember di Gedung Soetardjo kampus setempat, Kamis.
"Pengangguran kini masih menghantui Indonesia, termasuk di Jawa Timur. Salah satu permasalahan utama penyebab pengangguran adalah minimnya penyerapan tenaga kerja," kata Halim di hadapan wisudawan Universitas Jember (Unej) periode III tahun akademik 2015/2016 di Gedung Soetardjo Kabupaten Jember.
Menurut dia, lulusan SMK yang difokuskan pada pendidikan profesi justru menunjukkan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan SD, SMP dan SMA.
"Penyebab tingginya tingkat pengangguran lulusan SMK karena 'grand design' kompetensi lulusan SMK belum dipersiapkan dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah terus mengupayakan program untuk meminimalisir tingginya jumlah pengangguran, terutama dari lulusan SMK tersebut," ucap politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jatim pada Februari 2015, angkatan kerja di Jatim mencapai 20,69 juta orang. Dari jumlah angkatan kerja tersebut yang bekerja mencapai 19,80 juta orang, sementara sisanya masih menganggur.
Dari jumlah pengangguran tersebut, sebanyak 8,47 persen adalah lulusan SMK, sedangkan jumlah pengangguran yang berpendidikan SMA sebanyak 6,59 persen, lulusan Diploma sebesar 6,17 persen, dan lulusan sarjana sejumlah 4,23 persen.
"Saya mengajak dunia pendidikan tinggi untuk turut serta bersinergi mengatasi masalah pengangguran. Sumbangan dunia pendidikan tinggi yang diharapkan antara lain merumuskan kembali 'grand design' untuk SMK, agar lulusannya bisa terserap oleh dunia kerja," paparnya.
Dalam orasi ilmiahnya, Ketua DPRD Jatim itu juga menyodorkan konsep tetrapartit sebagai penyempurnaan dari konsep tripartit yang selama ini menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan persoalan tenaga kerja.
Jika konsep tripartit hanya melibatkan perusahaan, pemerintah dan serikat buruh, sebagai unsur penyokongnya, maka dengan pelibatan pendidikan tinggi diharapkan akan mampu menyempurnakan sinergi yang telah ada.
"Misalnya saja lembaga pendidikan tinggi seperti Unej yang memiliki banyak pakar, bisa menjadi mediator jika terjadi perselisihan antara perusahaan dan karyawan," katanya.
Sementara itu, Rektor Unej M. Hasan mengatakan wisuda kali ini tergolong istimewa karena dari 800 wisudawan, sebanyak 101 orang di antaranya lulus tepat waktu, 36 wisudawan lulus dengan pujian (cumlaude), dan 54 wisudawan dari Fakultas Kedokteran lulus kurang dari empat tahun.
"Saat ini Indonesia memasuki era Masyarkat Ekonomi ASEAN, maka sudah menjadi keharusan untuk meningkatkan potensi diri karena dalam MEA kita bersaing dengan warga ASEAN lainnya," ucap Rektor Unej dua periode itu.
Dari 800 wisudawan yang dilantik sebagai ahli madya, sarjana, dan magister dalam upacara wisuda periode III tahun akademik 2015/2016 tercatat sebanyak tiga wisudawan berprestasi yakni Galuh Diwasasri dari Program Studi Magister Ilmu Lingusitik Fakultas Sastra dengan nilai IPK 3,86. Kemudian Rizka Kartikasari dari Fakultas Kedokteran dengan nilai IPK 3,97, dan Fairuriza Qolbiatul Mukarromah dari Diploma Usaha Perjalanan Wisata FISIP dengan nilai IPK 3,58.(*)