Surabaya (Antara Jatim) - Beberapa perusahaan di Jerman mulai tertarik melirik sumber daya manusia Indonesia dengan merekrut tenaga kerja lulusan SMK, terlihat dari peluang sekaligus proses yang dilalui calon tenaga kerja.
"Beberapa perusahaan di Jerman memang membutuhkan tenaga kerja, namun mereka harus mengikuti beberapa persyaratan untuk menyuplai kebutuhan tenaga ahli dengan kualifikasi yang tepat," kata Direktur Eksekutif Kadin (IHK), Trier Jan Glockauer di Dinas Pendidikan (Disdik) Jatim, Rabu.
Ia mengatakan agar lulusan SMK dapat bekerja di Jerman, maka diperlukan beberapa cara. Salah satunya dengan sistem pendidikan ganda manfaat, perusahaan juga tidak perlu melakukan pelatihan bagi pekerja baru. Sementara bagi peserta didik, mereka juga akan merasakan manfaatnya ketika lulus.
"Bagi peserta didik akan merasakan manfaatnya karena mereka akan mendapat sertifikasi yang diakui dunia industri sehingga peluang kerja akan lebih baik serta mendapatkan upah magang, apalagi tidak kurang dari 500 ribu perusahaan yang mau menawarkan tempat pemagangan,” ungkapnya.
Pejabat Kementerian Pendidikan dan Riset Republik Federasi Jerman, Ralf Maier menjelaskan secara detail terkait sistem pendidikan ganda untuk siswa yang mengikuti program pendidikan kejuruan atau SMK.
"Lulus SMP, 60 persen siswa kita belajar dengan sistem pendidikan ganda. Mereka melakukan aktivitas pembelajaran di dua tempat sekaligus, yaitu perusahaan dan sekolah vokasi," terangnya.
Dari dua tempat pembelajaran itu, lanjutnya siswa akan lebih banyak beraktivitas di perusahaan, seperti selama sepekan siswa belajar di sekolah satu sampai dua hari, kemudian selama tiga sampai empat hari siswa akan mengikuti pembelajaran di perusahaan.
"Kami tidak mengatakan sistem ini yang terbaik. Lalu memaksa sekolah-sekolah di Jatim untuk mengadopsinya, namun sistem ini akan memberi keuntungan kedua belah pihak (Perusahaan dan siswa)," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Disdik Jatim Dr Saiful Rachman mengatakan, sejak satu tahun lalu, kerjasama untuk mengadopsi standar kurikulum pendidikan Jerman telah dimulai di enam SMK di Jatim yang kini telah dilengkapi dengan pembelajaran Bahasa Jerman.
"SMK juga telah dilengkapi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang standarnya diakui nasional. Standarisasi ini bisa dilakukan dengan penyetaraan dengan standar yang ditetapkan pemerintah Jerman," tandasnya. (*)