Bondowoso (Antara Jatim) - Penyair terkemuka Indonesia KH D Zawawi Imron dalam setiap pertemuan dengan khalayak selalu mempromosikan pentingnya senyuman seseorang kepada orang lain.
Budayawan yang hanya tamat sekolah rakyat dan kemudian melanjutkan ke pesantren ini mengajak agar kita selalu memulai hari atau suatu kegiatan dengan senyum yang tulus. Karena senyum di awal waktu, maka sepanjang waktu berikutnya akan mendatangkan kebahagiaan.
"Kita harus membedakan antara senyum dengan nyengir dan cengegesan. Kuda hanya bisa nyengir dan lutung hanya bisa cengengesan," kata tokoh kelahiran Desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, ini pada peluncuran buku antologi puisi Wasiat Debu di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Jumat (13/11) malam.
Sebagai sesuatu yang baik, ajakan senyum itu juga diungkapkan Zawawi di acara-acara lain, termasuk pada kegiatan ngaji budaya bersama para pegiat kebudayaan dan santri di Kabupaten Bondowoso, Sabtu (14/11) malam.
Penerima penghargaan "The SEA Write Award" dari Kerajaan Thailand di Bangkok pada 2012 ini menegaskan bahwa senyum tidak dibatasi oleh bibir yang bagus, melainkan karena hati yang bersih sehingga memancarkan ketulusan.
"Kata orang Madura hati yang 'soklah' atau bersih. Kalau senyum dari hati yang kotor bisa jadi itu perangkap dan bisa merusak tatanan kehidupan," kata budayawan yang mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak terlibat dalam acara Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 1982.
Penyair "Si Celurit Emas" yang juga membintangi film "Penjuru 5 Santri" serta "Mestakung" ini mengaku yakin bahwa senyum yang keluar dari bibir para santri selalu digerakkan oleh hati yang tulus dan bersih.
Meskipun demikian, ia menyadari bahwa agar senyum menjadi kebiasan setiap saat, maka harus selalu diusakan dan dibiasakan. "Mari kita tersenyum sebagai bagian melaksanakan sunnah Rasul. Asal jangan senyum-senyum sendiri," katanya. (*)
Zawawi Imron dalam Senyum, Cengengesan dan Nyengir
Senin, 16 November 2015 7:17 WIB
D Zawawi Imron. (Slamet Hidayat)
Kalau senyum dari hati yang kotor bisa jadi itu perangkap dan bisa merusak tatanan kehidupan.
