Tulungagung (Antara Jatim) - Pembangunan proteksi tebing dan "groundsill" atau konstruksi beton penahan sedimen di beberapa titik aliran anak Sungai Brantas di Kali Ngrowo, Tulungagung, Jawa Timur terancam molor akibat kendala material yang mengalami kelangkaan selama sebulan terakhir.
"Ini masalah yang sedang kami hadapi sekarang. Pasir meski agak mahal tapi masih bisa didapat, namun untuk material batu susahnya minta ampun," ujar pengawas proyek BBWS Brantas di Tulungagung, Sri Wahyudi, Rabu.
Ia mengatakan, pekerjaan yang saat ini berlangsung sebatas menghabiskan stok material yang masih ada.
Jika material batu habis, ia memperkirakan proyek pembangunan proteksi tebing dan groundsill bakal terhenti sementara.
Paket proyek untuk normalisasi sekaligus mencegah abrasi lapisan sedimen pada dasar sungai senilai Rp18,78 miliar tersebut hanya akan bisa dilanjutkan apabila suplai material kembali normal.
"Seperti ini semua imbas dari kasus (konflik pertambangan) 'Lumajang'. Pengetatan aturan dan pengawasan terhadap seluruh aktivitas pertambangan batu dan pasir menyebabkan sebagian besar penambang sekarang memilih tiarap, dan akibatnya, pasokan material di pasaran hilang," ujarnya.
Saat ini, dari tiga titik paket proyek pembangunan proteksi tebing dan groundsill di anak Sungai Brantas di Kali Ngrowo sudah mencapai 70 persen.
Namun karena metrial batu sudah hampir habis, aktivitas proyek dialihkan pada pengerukan dasar sungai serta finishing dinding tebing yang telah terpasang.
"Kami akan lakukan evaluasi di akhir tahun. Jika memang nantinya tidak selesai dan penyebabnya adalah faktor nonteknis seperti ini, tentu akan ada kebijakan untuk dilanjutkan pada awal 2016," kata Sri Wahyudi.
Ia menjelaskan, proyek normalisasi melalui pembangunan proteksi tebing dan groundsill itu digelar pihak BBWS Brantas guna mengantisipasi dampak penurunan dasar aliran Sungai Brantas yang rata-rata mencapai 0,75 meter per tahun.
Pantauan Antara, sedikitnya ada tiga titik proyek proteksi tebing dan groundsill pada salah satu anak Sungai Brantas yang tengah dibangun oleh BBWS, yakni di Kali Ngrowo, Kedungwaru, serta Karangrejo.
Menurut Wahyudi, selain untuk normalisasi sungai, pembangunan proteksi tebing dan groundsill lebih dimaksudkan agar lapisan sedimen pada dasar sungai dari daerah hulu dan hilir tidak terus terseret arus hingga muara di aliran induk Sungai Brantas.
"Kalau dasar aliran anak sungai ikut turun, itu akan berpengaruh terhadap bangunan yang ada di sekitarnya. Sebab saat dasar sungai mengalami pendalaman, tanah di sekitar tebing sungai akan ikut bergerak yang menyebabkan kerusakan konstruksi di atasnya," kata Wahyudi.(*)