Ngawi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi, Jawa Timur, berupaya meningkatkan produktivitas padi di wilayah setempat dengan pemakaian pupuk organik di lahan pertaniannya.
Pemakaian pupuk organik tersebut dilakukan oleh sejumlah petani setempat yang tergabung dalam Jaringan Petani Pembuat dan Pemakai Pupuk Organik (JP4O).
Dewan Pembina JP4O Kabupaten Ngawi, Budi Sulistyono, Jumat, mengatakan, pembentukkan JP4O dilatarbelakangi oleh ketergantungan terhadap pupuk kimia saat ini yang semakin menjerat petani. Mahalnya harga pupuk dan kebutuhan pupuk kimia yang semakin tinggi, mengakibatkan tanah pertanian semakin rusak.
Sisi lain, target ketahanan pangan nasional tidak bisa hanya diperoleh dengan kuantitas produksi tetapi juga dengan meningkatkan kualitas produksi, yakni dengan menghasilkan beras yang sehat dan bebas residu.
Sebab, dengan beras organik yang sehat dan bebas residu, indeks per kapita kebutuhan beras nasional akan turun karena beras sehat atau beras organik mampu membuat rasa kenyang lebih lama.
"Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka JP4O memelopori penanaman beras organik di wilayah Kabupaten Ngawi," ujar Budi Sulistyono kepada wartawan.
Sesuai data yang ada, anggota JP4O di Jawa Timur telah mencapai 3.000 gabungan kelompok tani dengan luas lahan pertanian mencapai lebih dari 2.000 hektare.
Di Kabupaten Ngawi sendiri, luasan lahan pertanian yang digarap oleh JP4O mencapai 400 hektare yang berada di wilayah Kecamatan Kwadungan dan sejumlah kecamatan lain. Ditargetkan, hasil panen lahan pertanian yang digarap dengan pupuk organik mampu mencapai 7 ton padi per hektarenya.
Pejabat Bupati Ngawi Sudjono, mengatakan, banyaknya produksi beras organik diharapkan dapat menambah produktivitas padi secara keseluruhan di Kabupaten Ngawi guna mendukung program swasembada pangan yang ditargetkan pemerintah tiga tahun ke depan.
"Produksi padi di Kabupaten Ngawi rata-rata tiap tahunnya mencapai 800.000 ton gabah kering panen (GKP), diharapkan padi organik andil didalamnya," kata Sudjono.
Kondisi tersebut, membuat Ngawi menjadi peringkat kelima daerah lumbung padi di Jawa Timur setelah Jember, Lamongan, Banyuwangi, dan Bojonegoro. Per tahun Kabupaten Ngawi surplus padi hingga 400 ribu ton. (*)