Gresik (Antara Jatim) - Bentangan besi "stainless steel" tahan karat membelah tangga jalan naik menuju Bukit Giri yang terletak di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Dua orang anak berumur sekitar 5 tahun, bermain sambil berpegangan bentangan besi itu menuruni satu per satu anak tangga yang tertata sejajar rapi dari puncak hingga dasar tangga.
Sesampai dibawah, sepasang gapura kokoh berdiri layaknya sebuah kerajaan menjadi ikon tugu selamat datang di Wisata Religi Sunan Giri, atau sunan yang memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri merupakan satu dari Sembilan Wali (Wali Songo) penyebar Islam di Tanah Jawa.
Bentangan besi dan gapura itu, adalah salah satu hasil bagian bangunan yang telah direvitalisasi di lokasi wisata religi Sunan Giri oleh Pemerintah Kabupaten Gresik.
Selain itu, bangunan utama atau lokasi makam Sunan Giri yang ada di atas bukit berupa kuncup makam, juga turut direvitalisasi dan renovasi. Dan kini, masih dalam tahap proses pengerjaan.
Jalan sudut kanan lokasi gapura, kini telah disediakan lapak pedagang kaki lima yang ditata rapi, dan tidak lagi memenuhi setiap tangga utama menuju lokasi makam.
Suasana ini tidak sama seperti tahun sebelumnya, yang kebanyakan pedagang memenuhi tangga utama sehingga sangat menganggu peziarah atau pengunjung yang akan masuk ke lokasi utama makam.
"Saat ini lebih enak mas, dan leluasa dalam berjualan karena ada lokasi tersendiri tanpa menganggu tangga utama menuju makam utama," ucap Yaimka, salah satu pedagang yang sudah 25 tahun menempati lokasi itu.
Sebelumnya, perbaikan atau revitalisasi makam yang kini hampir rampung itu sempat menuai protes dari warga, karena khawatir tulang belulang yang ditemukan dan dibuang ke sampah sekitar proyek adalah salah satu pengikut Sunan Giri, sehingga patut disayangkan.
Salah satu tokoh masyarakat yang juga merupakan Ketua Baitul Muslimin Gresik, H Askabul Kahfi beralasan pemugaran itu bisa melanggar undang-undang karena Makam Sunan Giri merupakan situs cagar budaya yang harus dilindungi.
"Situs Makam Kanjeng Sunan Giri merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan, dan bukan malah dirusak keasliannya, sebab dilindungi Undang-undang Nomor 11 tahun 2011 tentang Cagar Budaya," ujarnya.
Namun, protes itu tidak berlanjut setelah Tim Purbakala Trowulan memberikan rekomendasi kepada Pemkab Gresik untuk melanjutkan revitalisasi Makam Sunan Giri.
Wakil Bupati Gresik, Mohammad Qosim menyebutkan rekomendasi diberikan setelah pemkab melakukan pembicaraan dengan tim trowulan bersama satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait rencana perbaikan di sejumlah sudut makam.
"Kami minta masyarakat tidak berprasangka buruk terlebih dahulu terkait rencana revitalisasi atau pemugaran makam, sebab kami sudah berbicara dengan Tim Purbakala Trowulan," cetusnya.
Kini, sebagian besar wajah baru lokasi wisata Sunan Giri sudah bisa dinikmati para wisatawan atau peziarah yang berkunjung ke lokasi itu, dan salah satu perubahan yang bisa dirasakan adalah ketertiban lokasi parkir serta pedagang kaki lima.
Dalam rencana awal perbaikan makam, perbaikan makam hanya berada di luar zona 1 dan 2 atau wilayah terdekat dengan makam, sesuai program dari Kementerian Pariwisata dengan anggaran sebesar Rp2 miliar.
Perbaikan dilakukan karena setiap harinya jumlah pengunjung atau peziarah membeludak, dan tercatat rata-rata jumlah pengunjung setiap tahunnya mencapai sekitar 1,14 juta orang.
Sehari Rp25 Juta
Sunan Giri menggunakan kesenian dan unsur budaya dalam penyebaran Islam. Keteguhannya dalam menyiarkan agama Islam secara murni sesuai ajaran Rasulullah melalui pendekatan seni budaya, membawa dampak positif bagi generasi Islam berikutnya.
Dari Sunan Giri, belajar bagaimana menyebarkan Islam secara unik. Ia tak datang dengan kalimat-kalimat galak mengharamkan sesuatu, melainkan dengan kelembutan. Ia menggunakan seni budaya lokal untuk meraih simpati seluas-luasnya dari masyarakat Jawa. Dan, syiar itu terbukti efektif.
Sunan Giri juga membuat nyanyian untuk kanak-kanak yang bersifat pedagogi serta berjiwa agama. Di antaranya adalah berupa tembang dolanan bocah (lagu permainan anak-anak).
Seperti tembang "Padang Bulan." Adapun maksud dari tembang itu adalah agama Islam (bulan) telah datang memberi penerangan hidup, maka marilah segera orang menuntut penghidupan (dolanan, bermain) di bumi ini (latar, halaman) akan mengambil manfaat ilmu agama Islam (padang, gilar-gilar, terang benderang) itu, agar sesat kebodohan diri (begog, gelap) segera terusir.
Makna syiar agama Islam juga tersirat dari permainan serta tembang lain hasil kreasi Sunan Giri, seperti "Cublak-cublak Suweng," "Gending Asmaradana," "Turi-turi Putih" dan "Pucung".
Kini, tidak hanya menciptakan produk beragam seni dan budaya yang menjadi meninggalannya, keberadaan makam Sunan Giri yang berlokasi sekitar 22 Km barat daya Kota Surabaya itu, tidak hanya menjadi tempat yang religius dan disakralkan, melainkan juga menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat sekitar makam, khususnya yang berada di Kecamatan Kebomas.
Menurut Ketua Yayasan Sunan Giri H Umar Faisal, sejak ada pembangunan makam Sunan Giri kehidupan perekonomian masyarakat sekitar mulai berubah, dan telah banyak membawa manfaat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan wisata makam Sunan Giri.
Salah satunya dengan membuka usaha seperti berdagang, menjadi tukang parkir, tukang ojek dan penarik dokar atau delman bagi pesizarah atau wisatawan.
"Masyarakat yang awalnya menganggur, kini telah membuka usaha berdagang atau yang lainnya. Dalam berdagang setiap hari mereka bisa mendapatkan keuntungan sekitar seratus ribu," ucapnya.
Apalagi, jika musim tertentu seperti liburan, awal puasa Ramadhan atau akhir Ramadhan yang biasa disebut "malam selawean" (tanggal di atas 25 Ramadhan), sejumlah pedagang bisa mendapatkan keuntungan yang lebih.
"Bayangkan saja, seorang tukang parkir pernah menghasilkan pemasukan sebesar Rp25 juta dalam sehari bila datang momen malam selawean," ungkapnya.
Umar menyebutkan, perputaran ekonomi di sekitar lokasi makam sangat tinggi, dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Gresik lokasi makam Sunan Giri mengalami kemajuan signifikan terhadap perkembangan perekonomian warga sekitar.
Tercatat, populasi penduduknya yang tercatat 97.639 jiwa lebih, sedikitnya 185 adalah pedagang yang terdiri dari pedagang kecil sebanyak 114, pedagang menengah sebanyak 48 dan pedagang besar sebanyak 23.
Sementara itu, untuk menuju lokasi wisata makam Sunan Giri kini juga cukup mudah dijangkau dari Terminal Tambak Oso Wilangun, Surabaya serta Terminal Bunder Kabupaten Gresik, yakni menggunakan angkutan umum yang langsung menuju lokasi makam.(*)
Wisata Religi Makam Sunan Giri "Berwajah" Baru
Kamis, 2 Juli 2015 13:11 WIB