Legislator Tak Sepakat Surabaya Bangun Taman Komodo
Rabu, 8 April 2015 17:29 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Legislator menyatakan tidak sepakat jika Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana membangun Taman Komodo di Kenjeran sebagai upaya mengatasi over populasi komodo di Kebun Binatang Surabaya (KBS).
"Saya tidak sepakat itu. Lebih baik Pemkot Surabaya merevitalisasi bangunan-bangunan kuno yang memiliki nilai sejarah yang kini kurang terawat," kata anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya Vinsensius Awey di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, jika persoalannya over polulasi satwa komodo di KBS, maka Pemkot Surabaya sebaiknya mengembalikan satwa tersebut ke habitatnya seperti Taman Nasional Komodo yang berada di antara Pulau Sumbawa dan Flores.
"Bila perlu, satwa komodo itu dipindahkan ke kebun binatang lain di Indonesia," katanya.
Ia menilai, Kota Surabaya tidak cocok dengan habitat asli komodo sehingga dikhawatirkan tidak menjadi baik untuk sebuah wisata baru. Bahkan, pihaknya menilai anggaran APBD Surabaya akan lebih bermanfaat untuk revitalisasi bangunan kuno dari pada pembangunan Taman Komodo.
Awey mengatakan Kota Surabaya sebagai Kota Metropolitan, masih dianggap tidak memiliki ciri khas kota. Padahal kota ini memiliki nilai sejarah tinggi, mulai dari Bandar atau pelabuhan besar di zaman Sunan Ampel sampai perang kemerdekaan, terukir di kota ini.
"Sayang jika hal itu tak bisa dilestarikan sampai sekarang. Hal ini pula yang menjadi wacana DPRD Surabaya untuk menghidupkan kota tua," katanya.
Jakarta, Bandung dan Semarang, lanjut dia, justru peduli dengan sejarah kotanya. Di kota besar itu memiliki kota tua bersejarah yang justru diperhatikan dan dilestarikan sampai saat ini.
Sementara Surabaya yang memiliki kekayaan kota tua, malah terkesan tak memiliki kesadaran akan sejarahnya.
Selama ini keberadaan bangunan tua bersejarah kurang mendapat perhatian serius dari Pemkot Surabaya. Bangunan yang ada sengaja dibuat sehingga kawasan kota tua Surabaya terkesan mati.
Tak ada sentuhan perawatan agar bangunan bersejarah yang bisa jadi heritage tak menjadi kumuh. "Seharusnya, Pemkot Surabaya lebih peduli dengan nilai sejarah kotanya. Itu bisa dibuktikan atau disaksikan oleh gedung-gedung tua yang nilainya puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Pemkot Surabaya bisa menghidupkan kota tua itu sebagai destinasi wisata heritage," ujarnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan pihaknya akan membangun Taman Komodo di wilayah Kenjeran sebagai antisipasi terjadinya over populasi komodo yang ada di KBS.
"Kami akan kaji dulu (Kenjeran) apakah struktur tanahnya cocok atau tidak," kata Risma.
Diketahui, sejak 21 Februari hingga 7 Maret, sebanyak 12 telur komodo di KBS menetas. Bayi-bayi komodo tersebut lahir dari satu induk yang bertelur sejak 23 Juli 2014. Awalnya ada sebanyak 29 telur.
Namun hanya 12 butir yang bisa menetas. Saat ini, jumlah total Komodo di kebun binatang yang berlokasi di Jalan Setail itu sebanyak 70 ekor. Dari jumlah itu, sebanyak 53 ekor berusia dewasa dan 13 ekor berusia setahun. (*)