Unair Miliki Guru Besar Bioterorisme, Kemoterapi, Biofertilizer
Sabtu, 17 Januari 2015 20:03 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya memiliki guru besar baru yakni Prof Dr drh Chairul Anwar Nidom MS yang meneliti "bioterorisme" dan Prof Dr drs I Ketut Sudiana MSi yang meneliti cara baru kemoterapi yang aman.
Dalam Sidang Universitas Khusus Pengukuhan Guru Besar yang dipimpin Rektor Unair Prof Dr H Fasich Apt di Auditorium Rektorat setempat, Sabtu, juga dikukuhkan Prof Dr Ir Tini Surtiningsih DEA sebagai guru besar yang meneliti "Biofertilizer" (pupuk hayati) dari mikroorganisme yang mampu meningkatkan produk pertanian.
"Sebagai peneliti, kalau memperhatikan struktur kuman penyakit hewan di Indonesia ada sejumlah fakta yang aneh, meski motif dan dampaknya masih belum jelas," kata Guru Besar FKH Unair Surabaya Prof Dr drh Chairul Anwar Nidom dalam pidato pengukuhannya.
Oleh karena itu, peneliti Flu Burung, MERS, Ebola, dan vaksin itu menduga "bioterorisme" (teror dengan senjata biologi berupa kuman penyakit) sudah terjadi di Indonesia, karena itu kemungkinan "bioterorisme" itu perlu diantisipasi, mengingat MEA atau globalisasi memang memicu persaingan ekonomi.
Ia pun menyebut kasus terbaru yang terjadi di Jatim yakni penyakit anthrax di Blitar. "Itu aneh, karena Jatim selama ini 'kan dikenal bebas Anthrax. Yang jelas, ada dua akibat terkait itu yakni Pemprov Jatim sudah mengucurkan dana untuk itu dan potensi menular pada hewan dan manusia juga sangat mungkin," katanya.
Sementara itu, Guru Besar FK Unair Surabaya Prof Dr drs I Ketut Sudiana MSi merancang penelitian tentang cara baru kemoterapi yang aman untuk membunuh kanker, yakni kemoterapi nutrisi kombinasi (KNK).
"KNK itu masih tahap awal, tapi lebih aman daripada kemoterapi saat ini, katena itu KNK bisa menjadi kandidat terapi kanker di masa datang," katanya dalam pengukuhan yang dihadiri Ketua Senat Akademik Universitas Prof Dr drs Fendy Suhariadi MT dan disaksikan 90 lebih Guru Besar setempat.
Gubes Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran (FK) Unair itu menjelaskan kemoterapi selama ini merusak DNA, sehingga sel kanker ganas dan sel normal pun akan rusak, tapi KNK akan merusak sel kanker ganas tetapi tidak akan merusak sel normal, sehingga tidak menimbulkan efek samping pada penderita.
Lain halnya dengan Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair Prof Dr Ir Tini Surtiningsih DEA (FST). "Produktivitas lahan dan pangan di Indonesia cukup sulit, karena adanya alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian, laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, perubahan iklim, dan dominasi penggunaan pupuk kimia oleh petani," katanya.
Oleh karena itu, Guru Besar Bidang Mikrobiologi Tanah dan Tanaman pada Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair itu menggagas "biofertilizer" atau pupuk hayati dari campuran mikroorganisme guna meningkatkan efektivitas produksi tanaman pangan nasional. (*)