Cabai Banyuwangi Isi Pasar Nasional
Jumat, 16 Januari 2015 19:36 WIB
Banyuwangi (Antara Jatim) - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengemukakan bahwa cabai produksi petani dari daerahnya seringkali mengisi pasar nasional karena bisa panen sepanjang tahun.
"Saat stok cabai nasional menipis karena baru musim tanam cabai, petani Wongsorejo justru panen sehingga nilai jual cabainya terangkat. Bahkan per kilogramnya bisa mencapai Rp75.000. Cabai-cabai Banyuwangi inilah yang mengisi pasar nasional saat paceklik cabai," katanya saat melakukan panen cabai di Desa Alasrejo, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat.
Ia mengatakan Banyuwangi menjadi salah satu basis penghasil cabai yang terbaik di Indonesia, salah satu basisnya ada di Kecamatan Wongsorejo.
Anas mengaku bersyukur karena produktivitas cabai di wilayahnya, khususnya di Kecamatan Wongsorejo selalu baik karena tidak pernah terkendala oleh musim kemarau, sehingga petani bisa panen sepanjang tahun.
Saat di daerah lain masa menanam cabai dimulai pada musim hujan, yakni mulai Desember sampai Maret, di Banyuwangi justru saat ini sudah menuai panen hingga bisa mendapatkan harga cabai terbaik. Penyebabnya petani Wongsorejo bisa menanam cabai pada musim kemarau 2 (K2), yakni di bulan Juli sampai Agustus.
"Penanaman cabai di musim kemarau ditopang oleh sumur pompa yang dibantu oleh Pemkab Banyuwangi dan swadaya para petani," katanya.
Pada tahun 2014, luas lahan panen cabai kecil (cabai rawit) di Banyuwangi mencapai 2.748 hektare dengan total produksi 19.373 ton, sementara cabai besar 12.700 ton dengan luas panen 1.090 hektare. Produktivitas cabai kecil mencapai 70,4 kuintal per hektare, sedangkan cabai besar 116 kuintal per hektare.
"Khusus Kecamatan Wongsorejo luas lahan tanaman cabainya seluas 1.060 hektare dengan rata-rata produksi 80 kuintal per hektare, salah satu yang tertinggi di Indonesia. Dalam satu tahun, petani di wilayah ini bisa panen sampai 22 kali," katanya.
Dengan harga cabai saat ini, kata Anas, perputaran uang di petani cabai Wongsorejo setiap kali panen mencapai hampir Rp40 miliar.
Ia menjelaskan dulu di kawasan sentra cabai Wongsorejo, menanam cabai sangat tergantung pada musim hujan. Namun, setelah pemerintah daerah mendorong pembangunan sumur bor untuk mengairi tanaman cabai, panen bisa lebih banyak intentitasnya sehingga petani bisa menanam cabai tanpa tergantung musim.
Syaiful (45), salah satu petani Wongsorejo, mengatakan satu sumur bor bisa mengairi empat hektare lahan cabai. Dulu sebelum ada sumur pompa, ia cuma bisa panen terbatas dengan hanya mengandalkan air hujan.
"Sejak pemerintah daerah membuatkan sumur pompa, kami bisa menanam sepanjang tahun dan panen sampai 22 kali. Karena kapan saja butuh air untuk menyiram tanaman, sudah tersedia," katanya. (*)