Warga Tulungagung Korban AirAsia
Senin, 29 Desember 2014 20:29 WIB
Tulungagung (Antara Jatim) -Marwin Sholeh (49), seorang warga Tulungagung, Jawa Timur menjadi korban pesawat AirAsia QZ 8501 yang hilang kontak dalam perjalanan dari Surabaya menuju Singapura, Minggu (28/12) pagi.
"Saya baru pulang dari Crisis Centre di Terminal 2 Juanda, Sidoarjo dan di sana mendapat kepastian suami ikut menjadi salah satu penumpang pesawat AirAsia yang kini dalam pencarian," tutur Winingsih (38) saat ditemui wartawan di rumahnya di Desa Pucanglaban, Kecamatan Pucanglaban, Senin.
Mata Winingsih yang masih tampak sembab, seperti baru saja menangis mengaku masih terpukul dengan nasib tragis yang dialami suaminya, Marwin Sholeh.
Ia pertama kali mendapat kabar duka bahwa pesawat yang ditumpangi Marwin hilang kontak dari kerabatnya yang tinggal di Malaysia pada Minggu (28/12) pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.
Setelah itu, lanjut Winingsih, dirinya mengikuti pemberitaan yang ditayangkan sejumlah stasiun televisi swasta nasional.
"Kami tahu pertama kali dari salah satu keluarga yang berada di Malaysia setelah itu kami dapat informasi dari televisi," ujar paman korban, Syaifudin, menimpali.
Marwin dikenal sebagai tabib yang membuka praktek di sejumlah negara tujuan TKI, seperti Singapura, Hongkong, dan Makau (China).
Layanan medis alternatif dengan jangkauan lintasnegara itulah yang menyebabkan Marwin kerap bepergian keluar negeri, termasuk saat insiden pesawat AirAsia QZ 8501 terjadi.
Keberangkatannya ke Singapura ini juga berkaitan dengan praktek pengobatan alternatif "Singo Wali Songo" yang dibukanya beberapa tahun lalu.
"Rencananya dua pekan lagi akan berangkat ke Hongkong, namun rupanya Tuhan berkehendak lain," kata Syaifudin.
Kepergian Marwin menimbulkan duka mendalam di lingkungan keluarga yang ditinggalkannya, terutama Winingsih.
Perempuan berusia sekitar 38 tahun ini mengaku baru menyadari firasat buruk, beberapa saat sebelum suaminya berangkat ke bandara untuk terbang ke Singapura.
"Bapak sempat minta tidur di pangkuan saya. Dia juga berpesan agar nanti (sekembali dari Singapura) tidak usah dijemput. Padahal biasanya tidak begitu," tutur Winingsih.
Permintaan tersebut menjadi semacam firasat oleh keluarga. Namun hal tersebut baru disadari setelah keluarga mendapat kabar musibah hilangnya pesawat AirAsia QZ 8501 dengan rute penerbangan Surabaya-Singapura yang ditumpangi oleh Marwin.
"Sebelumnya kami tidak menyadari adanya firasat tersebut," imbuhnya.
Hingga saat ini keluarga masih terus memantau perkembangan pencarian pesawat AirAsia QZ 8501 yang msih misterius.
Diperkirakan pesawat jatuh di perairan Bangka bagian selatan. "Keluarga berharap pesawat segera ditemukan dan penumpang selamat semua," harapnya. (*)