Aprindo Jatim: Harga Produk Tetap Pascapenaikan BBM
Rabu, 19 November 2014 12:53 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Jawa Timur (DPD Aprindo Jatim), Qomaruzaman menyatakan, berbagai harga kebutuhan bahan pokok di sejumlah gerai ritel tetap pascapenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
"Jaringan ritel modern tidak akan menaikkan harga karena TDL dan BBM naik. Penyebabnya, kenaikan komponen biaya operasional disikapi dengan efisiensi," katanya, ditemui pada Rapat Koordinasi Wilayah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jatim, di Surabaya, Rabu.
Namun, ungkap dia, pengusaha ritel bisa menaikkan harga jual ke konsumen ketika sejumlah produsen dan suplier menaikkan harga produk. Akan tetapi hal itu tidak bisa langsung dinaikkan harganya oleh produsen.
"Penyebabnya mereka terikat dengan perjanjian 'last bite' dan promosi yang dilakukan sebenarnya menguntungkan konsumen," ujarnya.
Sementara itu, jelas dia, sampai sekarang berbagai harga kebutuhan pokok yang tidak naik harganya meliputi cabai rawit, ikan laut, daging ayam, dan daging sapi. Apalagi, sampai sekarang ritel memiliki kesulitan untuk menaikkan harga.
"Walau BBM subsidi harganya naik, hal itu kami hadapi biasa saja. Bahkan, kami memang tidak menaikkan harga produk tapi ada beberapa barang yang harganya justru turun," katanya.
Terkait ancaman inflasi pascapenaikan harga BBM pada akhir tahun 2014, tambah dia, kini Aprindo DPD Jatim akan berusaha untuk menjalankan peran dalam stabilitas harga, ketersediaan barang, dan distribusi barang.
"Sementara perkembangan ritel di Jatim, tumbuh 10 persen per tahun. Dengan jumlah gerai 2.556 gerai pada tahun 2010 dan jumlah itu belum termasuk ritel lokal," ucapnya.
Meski gerai yang berjaringan nasional belum merata di Jatim, yakin dia, potensi pertumbuhan ekonomi Jatim menjadi daya tarik bagi peritel untuk ekspansi ke daerah. Seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Malang, Mojokerto, Kediri, Madiun, Jember.
"Bahkan di kota lain, kecuali jaringan 'minimarket' yang sudah menyebar di Jatim," tuturnya.
Dengan pertumbuhan ekonomi di Jatim tahun ini, lanjut dia, yakni diperkirakan sebesar 6,17 persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional maka provinsi ini masih sangat potensial bagi para retailer untuk berekspansi. Kalau secara nasional, delapan tahun terakhir pertumbuhan gerai ritel modern di Indonesia rata-rata 17,5 persen per tahun.(*)