Mahasiswa Ubaya Rancang "Motion Comic" Srikandi Aceh
Selasa, 11 November 2014 20:31 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) Ferdio Suwandi merancang "motion comic" tentang perjuangan Srikandi Aceh yakni Cut Nyak Dien dalam mempertahankan wilayah Aceh.
"Saya menggambarkan Cut Nyak Dien agak gaul dengan komik berbahasa Inggris dan ada unsur gerak (animasi), sehingga kepahlawanan Srikandi Aceh yang wafat pada 6 November 1908 itu bisa mendunia," katanya di kampus setempat, Selasa.
Mahasiswa Program Studi Multimedia yang suka menggambar sejak kecil itu menjelaskan unsur gerak merupakan kelebihan karyanya, meski gerak yang ada hanya berkisar 30-40 persen, namun sudah menarik perhatian para pecinta komik.
"Unsur animasi-nya memang tidak banyak, sehingga saya bisa merancangnya sendiri melalui program after effect, photoshop dan flash. Misalnya, saya hanya menggambar tangan, lalu tangan itu saya gerakkan ke kanan dan kiri berkali-kali dengan program yang ada," katanya.
Proses "motion comic" yang dirancang itu, ia membuat sketsa cerita, lalu di-scan dan akhirnya direkayasa dengan photosop. "Gambar sosok Cut Nyak Dien sendiri dibuat agak gaul, tapi tetap tidak meninggalkan sosok aslinya," katanya.
Dalam komik berdurasi 15 menit dalam 20 halaman itu, ia hanya mengambil satu sudut kehidupan Cut Nyak Dien yakni ketika suami pertamanya, Ibrahim Lamnga, tewas dan wafatnya suami pertama itulah yang mendorong Cut Nyak Dien yang selama ini di belakang layar menjadi tampil di medan peperangan melawan Belanda.
"Motion comic itu juga menceritakan Cut Nyak Dien menikah lagi dengan suami kedua yakni Teuku Umar, namun Teuku Umar juga tewas dalam pertempuan, sehingga Cut Nyak Dien akhirnya berjuang sendirian hingga diasingkan di Sumedang, lalu sakit keras dan akhirnya meninggal dunia," katanya.
Putra pasangan Inyon Suwandi dan Sri Hingayani ini mencoba mengaku tertarik dengan semangat dan keteguhan Cut Nyak Dien sebagai wanita bangsawan yang berjuang menjadi panglima perang, namun informasi tentang Cut Nyak Dien tidak sebanyak RA Kartini.
"Saya merancangnya selama satu semester, tapi saya ingin menyempurnakan dan sedapat mungkin mengembangkan hingga dapat dinikmati melalui ponsel berbasis Android," kata mahasiswa yang sempat magang di salah satu studio games itu, didampingi dosen pembimbing, Andre ST MSc.
Aplikasi 10 November
Tidak jauh berbeda dengan mahasiswa Ubaya, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika UK Petra Surabaya juga merayakan Hari Pahlawan dengan membuat Aplikasi Mobile mengenai pertempuran 10 November 1945.
"Aplikasinya bisa diunduh melalui link https://www.youtube.com/watch?v=ut6lawu3nyc&feature=youtu.be ," kata dosen penanggung jawab aplikasi itu, Andreas Handojo ST MMT.
Selain itu, para aktivis BEM UK Petra juga menggelar "Aksi Sejuta Tanda Tangan untuk Kebun Binatang Surabaya" yang bertujuan mempercepat proses hukum kasus penjarahan satwa KBS.
Sementara itu, aksi "Sehari Tampil Beda" dilakukan sivitas akademika dari Program Studi Desan Komunikasi Visual (DKV) UK Petra dengan mengenakan pakaian para pejuang.
Selain para mahasiswa dengan karyanya, greget Hari Pahlawan juga diperingati 150 korban Napza (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) dari Yayasan Orbit dengan bersih-bersih Taman Bungkul Surabaya.
Bakti sosial yang bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Timur itu juga dihadiri Kasi Peran Masyarakat Pemberdayaan Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNNP Jatim, Eko Prastowo. "Dengan kegiatan ini, mereka (korban Napza) akan bisa lebih humanis dan tidak egois," kata Eko Prastowo.
Sementara itu, Staf Yayasan Orbit, Via, menambahkan kegiatan ini merupakan bentuk atas kepedulian pada persoalan lingkungan dari orang-orang yang selama ini kerap terpinggirkan, terstigma dan terdiskriminasi. "Mari kita peduli kepada para korban Napza," katanya. (*)