Trenggalek (Antara Jatim) - Embung atau telaga buatan penampung air, di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mengalami penyusutan drastis hingga mengering akibat kemarau panjang, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah maupun suplai bahan baku air minum warga sekitar. Koresponden Antara di Trenggalek, Selasa, melaporkan penyusutan air cukup ekstrem terpantau di salah satu embung di Dusun Tambong, Desa Pule, Kecamatan Pule. Meski di daerah ini sempat turun hujan, embung seluas setengah lapangan bola itu belum banyak terisi air. Kondisi lebih parah terpantau dua hari sebelumnya saat hujan belum turun mengguyur kawasan ini. Dasar embung terlihat jelas dan hanya menyisakan air bercampur lumpur. "Kondisi ini terjadi sejak dua bulan terakhir, penurunan airnya lumayan cepat, karena antara air yang masuk ke dalam embung dan keluar itu tidak seimbang. Bahkan sungai yang menyuplai air ke sini sudah kering lebih dulu," tutur Yahmo, warga setempat. Ia mengatakan, dalam kondisi normal cadangan air embung bisa mencapai ketinggian lima meter, namun kini hanya tersisa kurang dari 10 sentimeter atau berada di bawah ambang batas minimal. Masalahnya, keringnya embung Tambong itu mulai berdampak ke area persawahan sekitar. Aneka jenis tanaman milik petani terancam gagal panen karena tidak mendapatkan pasokan air. Tidak hanya itu, lanjut Yahmo, ratusan kepala keluarga di desanya saat ini kesulitan mendapatkan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari hari, seperti air minum, memasak, mandi maupun mencuci. "Sebetulnya keberadaan embung ini sangat bermanfaat untuk kami, tapi karena keadaannya kering seperti ini, mau tidak mau, warga harus mencari sumber yang lain," tutur Yahmo. Menurut dia, dalam kurun waktu sebulan terakhir, wilayah Kecamatan Pule telah beberapa kali diguyur hujan. Namun intensitasnya masih sangat kecil dan belum berdampak terhadap pasokan air ke dalam embung Tambong. "Yang lumayan deras tadi malam, tapi kelihatannya belum berpengaruh sama sekali," ujarnya. Kondisi serupa juga terjadi di embung Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek. Tempat penampungan air yang berada di kawasan hutan pinus tersebut saat ini kondisinya nyaris kering dan hanya menyisakan air kurang dari 10 persen. Bagian dasar embung saat ini menjadi hamparan tanah lapang dan mirip dengan lapangan sepak bola. sejumlah saluran irigasi dan istalasi perpipaan yang ada di sekitarnya kini tidak lagi dapat teraliri air. "Ini sudah lumayan lama, sekitar dua sampai tiga bulan yang lalu, kalau musim penghujan selalu penuh dan biasanya banyak yang memancing di sekitar sini," kata warga lain, Kariman. (*)
Berita Terkait

Kemarau basah, peluang tingkatkan produksi pertanian
11 Juli 2025 12:30

Upaya petani di lereng Gunung Arjuno antisipasi musim kemarau
2 Juli 2025 18:36

BMKG sebut hujan di musim kemarau berdampak ganda bagi sektor pertanian
21 Juni 2025 09:09

Dispertan minta petani tembakau Madiun tunda masa tanam saat kemarau basah
10 Juni 2025 22:30

Pergantian tanaman antisipasi musim kemarau musim tanam II
6 Mei 2025 15:02

DKPP Ngawi targetkan luas tanam tembakau 2025 capai 2.000 hektare
3 Mei 2025 17:15

BPBD Madiun minta warga waspadai cuaca ekstrem peralihan musim kemarau
24 April 2025 18:57

Film "7 Hari untuk Keshia" dan "Semusim Setelah Kemarau" diluncurkan 24 Januari
17 Januari 2025 14:49