Surabaya (Antara Jatim) - Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya Prof Dr dr Budi Santoso SpOG(K) menyatakan Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK) atau Polycystic Ovary Syndrome merupakan gangguan keseimbangan kadar hormonal pada perempuan yang dapat menyebabkan sulit hamil. "Pada sindrom ini, tubuh perempuan memproduksi hormon laki-laki (androgen) secara berlebihan. Saat ini, sekitar 4-6 persen perempuan masa reproduksi menderita SOPK, bahkan beberapa jurnal melaporkan prevalensi SOPK meningkat 8-10 persen," katanya di Surabaya, Sabtu. Guru Besar Fakultas Kedokteran bidang Kesehatan Reproduksi Unair yang telah dikukuhkan bersama rekannya Prof Thaha itu menjelaskan jumlah penderita SOPK dengan resistensi insulin sebesar 4.034.635 orang berdasarkan data yang merujuk pada BPS pada tahun 2014. "Jumlah ini sangat luar biasa banyaknya, apalagi terjangkit akan berpotensi mengalami infertilitas (sulit hamil), abortus berulang (mudah keguguran), dan pendarahan uterus abnormal (menstruasi tidak teratur), bahkan angka keguguran mencapai 40 persen," katanya. Ditanya tanda sindrom itu, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Reproduksi FK Unair itu mengatakan sindrom itu mengakibatkan beberapa tubuh perempuan seperti jari-jari tangan, dan di atas bagian bibir perempuan terdapat rambut tubuh secara berlebihan, serta tengkuk leher yang menghitam. "Hal itu disebabkan resistensi insulin akibat patofisiologi, gaya hidup masyarakat, dan faktor genetik, yang dalam jangka panjang akan memiliki efek seperti penyakit koroner, keganasan kanker rahim, dan keganasan kanker buah dada," katanya. Menurut dia, SOPK pada penyakit koroner dapat dilihat dari setidaknya tiga dari lima kriteria "gaya hidup" yakni obesitas sentral (kegemukan yang terpusat pada perut), diabetes melitus, hipertrigliseridemia, kadar HDL yang rendah, dan tekanan darah yang meningkat. "Jadi, penyakit SOPK tersebut juga disebabkan oleh perubahan gaya hidup, karena sebagian besar pola konsumsi penduduk Indonesia didominasi oleh karbohidrat," kata guru besar kelahiran Banyuwangi pada 17 Februari 1963 itu. Oleh karena itu, solusi atas penyakit SOPK antara lain dengan usaha mengonsumsi diet dengan komposisi karbohidrat, protein, dan lemak yang berimbang dengan kebutuhan kalori yang terukur; dan melakukan olahraga rutin. "Selain mengubah gaya hidup, pasien juga perlu diberi metformin untuk mencegah dan menurunkan progesivitas menjadi diabetes melitus tipe dua," katanya. (*)
Berita Terkait
Unair jelaskan alasan pemberhentian dekan fakultas kedokteran
4 Juli 2024 07:42
Kemenkes menyatakan tak terlibat pemberhentian Dekan Kedokteran Unair
3 Juli 2024 23:32
Dosen Kebidanan FK Unair dorong "birth plan co-design" tekan sesar
22 Desember 2025 19:09
Khofifah dorong IKA Unair berperan orkestrator pembangunan daerah
20 Desember 2025 17:15
Pakar hukum Unair nilai peraturan Polri bertentangan dengan putusan MK
19 Desember 2025 20:55
Tim Unair dan perhimpunan medis inisiasi operasi di RSUD Aceh Tamiang
12 Desember 2025 22:24
Unair terjunkan tim nakes bantu tangani korban banjir di Aceh Tamiang
6 Desember 2025 16:45
