Rebutan Tumpeng Raksasa, Satpol PP Trenggalek Luka
Minggu, 31 Agustus 2014 17:31 WIB
Trenggalek (Antara Jatim) - Seorang petugas Satpol PP dan sejumlah warga lainnya, terluka saat terjadi rebutan tumpeng raksasa dalam prosesi kirab pusaka memperingati hari jadi ke-820 Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Minggu.
Agus Wimbuh, nama petugas Satpol PP tersebut, dan seorang warga yang terluka parah di bagian kaki, kemudian langsung dibawa ke RSUD dr Soedomo, Trenggalek untuk menjalani perawatan.
"Seluruh biaya pengobatan terhadap petugas maupun warga yang terluka saat terjadinya rebutan tumpeng, akan ditanggung pemerintah daerah," kata Budianto, Kepala Satpol PP Trenggalek.
Budianto sempat terlihat memandu langsung prosesi evakuasi anak buahnya tersebut dari pos penjagaan pendopo kabupaten ke mobil trantib untuk selanjutnya dibawa ke rumah sakit.
Dengan nada terburu, ia mengatakan insiden terjadi lantaran ratusan warga berdesakan pada detik-detik awal ritual "purak" atau rebutan sehingga menyebabkan tandu yang digunakan untuk mengarak tumpeng raksasa terdorong dan jatuh menimpa petugas dan sejumlah warga. Tidak hanya tertimpa tandu, mereka juga dilaporkan sempat terinjak-injak saat berdesakan memperebutkan tumpeng.
"Petugas sudah berupaya mengamankan, tapi jumlah massa terlalu banyak dan situasinya tidak terkendali," ujarnya.
Pantauan Antara, kondisi Wimbuh yang berperakan tinggi besar, tidak mengalami luka luar. Namun ia harus dipapah dua rekannya saat berjalan menuju kendaraan trantib yang akan membawanya ke rumah sakit.
"Dia sempat terjatuh dan tubuhnya tertimpa tandu besar pengangkut tumpeng. Mungkin kakinya bagian paha yang kena sehingga pincang," kata Siti, rekan Wimbuh di Satpol PP.
Menurut penjelasan panitia acara, tumpeng raksasa berisi gunungan nasi kuning, lauk-pauk serta aneka hasil bumi yang ditandu mengiringi prosesi kirab pusaka dalam rangka memperingati hari jadi ke-820 Kabupaten Trenggalek, diibaratkan sebagai upeti lambang kesejahteraan dan kemakmuran daerah setempat.
Setelah dikirab mengelilingi alun-alun dan dibawa hingga halaman pendopo, tumpeng raksasa itu kemudian "dipurak" (diperebutkan) oleh warga yang meyakini akan mendapat berkah dengan memakan enake isi tumpeng tersebut. (*)