Oleh Edy Supriatna Sjafei Jakarta, (Antara) - Menteri Agama Suryadharma Ali berharap kemampuan sumber daya manusia (SDM) bidang hisab dan rukyat di kalangan anggota negara MABIMS diperkuat mengingat problematika penetapan awal bulan Qamariyah terjadi hampir di seluruh negara-negara Islam. Menteri-menteri Agama Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) merupakan pertemuan tahunan menteri-menteri agama atau menteri yang bertanggung jawab dalam mengurus masalah agama keempat negara tersebut. Sampai saat ini tidak semua SDM anggota MABIMS memiliki keterampilan dalam melakukan hisab dan rukyat, kata Menteri Agama Suryadharma Ali ketika membuka Muzakarah Rukyah dan Takwim Islam di Jakarta, Kamis. MABIMS merupakan pertemuan tahunan antara delegasi para Menteri Agama Negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Dalam sambuannya ia menyoroti tidak meratanya kompetensi masing-masing negara dalam bidang hisab dan rukyat. Tidak semua negara anggota MABIMS mempunya sumber daya manusia yang mempunyai keahlian di bidang hisab rukyat. "Tidak semua SDM anggota negara MABIMS memiliki keterampilan dalam melakukan hisab dan rukyat. Muzakarah ini saya harap merekomendasikan program saling tukar ilmu pengetahuan agar kita memiliki kemampuan yang sama dalam pelaksanaan hisab-rukyat," pesan Menag kepada para delegasi MABIMS. Hadir dalam kesempatan ini, Sekjen Kemenag Nur Syam, Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil, Sekretaris Ditjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Muhtar Ali, serta Kepala Pusat Informasi dan Humas Zubaidi. Selain delegasi dari masing-masing anggota MABIMS, Muzakarah Rukyah dan Takwim Islam juga diikuti oleh para ahli hisab dan rukyat. Suryadharama Ali mengingatkan bahwa problematika penetapan awal bulan Qamariyah terjadi hampir di seluruh negara-negara Islam. Menag mengku pernah diundang oleh Majelis Fatwa di Turki dalam sebuah pertemuan yang juga dihadiri oleh utusan dari negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, dan ternyata problem mereka dihadapi juga sama. Jadi, bukan saja di Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia saja, tapi negara-negara lain juga mengalami hal yang sama, katanya. Meski demikian, diharapkan setiap anggota MABIMS dapat merangkul semua kelompok-kelompok dalam Islam di negara masing-masing yang memiliki aturan dan kriteria hisab-rukyat yang berbeda dalam menetapkan awal bulan Qamariyyah. Senada dengan Menag, delegasi Singapura Firdaus Yahya berharap muzakarah ini akan menghasilkan kesepakatan yang memungkinkan terjadi pertukaran pengetahuan dan informasi seputar hisab dan rukyat. Firdaus mengusulkan agar dilakukan observasi rukyat secara bersama di masing-masing Negara anggota MABIMS secara bergantian. Firdaus mengaku di negarangnya masih kekurangan SDM yang mahir dalam ilmu falak. "Observasi selama ini masih dilakukan sendiri-sendiri. Kami kekurangan SDM yang mahir ilmu falak. Kalau dilakukan observasi bersama, diharapkan akan terjadi proses saling belajar dan saling bertukar pengetahuan," harapnya. (*)
Berita Terkait
Gibran bertolak ke IKN tinjau infrastruktur dan fasilitas publik
30 Desember 2025 13:24
Kapolri sebut survei kepercayaan publik Polri 2025 tunjukkan tren positif
30 Desember 2025 12:58
Soal pengibaran bendera GAM, Panglima TNI: Saya akan tindak tegas
29 Desember 2025 14:24
KSAD Maruli ungkap adanya sabotase atas jembatan bailey
29 Desember 2025 13:13
Jelang Tahun Baru, lalin di empat ruas tol Regional Nusantara meningkat
28 Desember 2025 05:56
Akademisi minta pemerintah perhatikan kesehatan ibu dan anak di daerah bencana
27 Desember 2025 07:15
Presiden Prabowo : Selamat Natal dan Tahun Baru 2026
25 Desember 2025 05:05
