Rokok Elektronik Tingkatkan Keberhasilan Berhenti Merokok
Rabu, 21 Mei 2014 7:25 WIB
London (Antara) - Perokok, yang ingin menghentikan kebiasaan merokok, 60 persen berhasil jika beralih menggunakan rokok elektronik, dibandingkan jika mereka menggunakan produk pengganti berbahan nikotin atau permen karet atau hanya sekadar memiliki tekad kuat, kata peneliti.
Peneliti mengatakan, berdasarka atas hasil penelitian terhadap hampir enam ribu perokok selama lima tahun, terlihat bahwa rokok elektronik memainkan peran penting dalam menurunkan jumlah perokok, sehingga mampu mengurangi kematian dan penyakit akibat tembakau.
Selain menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit pernapasan kronis lain, rokok tembakau juga menjadi penyebab utama penyakit jantung koroner, pembunuh nomor satu di dunia.
"Rokok elektronik secara nyata meningkatkan kesehatan publik karena daya tarik yang meluas dan keuntungan kesehatan yang besar dengan berhentinya kebiasaan merokok," kata Robert West, pakar epidemiologi dan kesehatan masyarakat dari University College London yang memimpin studi tersebut.
Riset yang didanai oleh badan amal Riset Kanker Inggris dan dipublikasikan dalam jurnal Addiction West menyurvei 5.863 perokok antara tahun 2009 hingga 2014 yang mencoba berhenti tanpa menggunakan obat dokter atau bantuan profesional.
Hasil riset tersebut disesuaikan untuk berbagai faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan upaya berhenti merokok, kata West - termasuk umur, ketergantungan pada nikotin, upaya sebelumnya untuk berhenti merokok, dan apakah upaya tersebut dilakukan secara bertahap atau seketika.
Hasil penelitian itu menunjukkan 20 persen dari mereka yang mencoba berhenti dengan bantuan rokok elektronik menyatakan berhenti mengisap rokok konvensional.
Sebanyak 10,1 persen responden yang menggunakan bantuan lain seperti pengganti nikotin atau permen karet berhasil menghentikan kebiasaan merokok dan mereka yang hanya mengandalkan tekad sebanyak 15,4 persen berhasil.
Rokok elektronik mengandung nikotin -stimulan yang tidak berbahaya namun menyebabkan ketagihan- yang dikeluarkan melalui uap air bukannya asap seperti layaknya tembakau yang dibakar.
Produk yang relatif baru ini menjadi sangat kontroversial. Terdapat perbedaan pendapat apakah rokok itu akan menjadi alat terbaik untuk membantu mereka yang ingin berhenti merokok atau hanya akan mengganti satu kebiasaan buruk dengan kebiasaan buruk lain.
Karena beralih menggunakan rokok elektronik dari rokok tembakau tidak harus menghentikan ketergantungan pada nikotin, beberapa pakar mengatakan produk ini bisa membantu menghentikan kebiasaan merokok - yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) disebut sebagai "salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar yang pernah dihadapi dunia".
Namun pendapat lain mengatakan kurangnya bukti ilmiah jangka panjang untuk mendukung keamanan dan efektivitas rokok elektronik, serta peringatan bahwa produk itu bisa membuat kebiasaan merokok sebagai sesuatu yang normal dan diminati anak-anak atau mereka yang tadinya bukan perokok.
West sepakat bahwa bukti mengenai penggunaan jangka panjang masih kurang, namun ia menekankan bahwa pertimbangan risiko harus melihat kuatnya bukti mengenai kerugian akibat tembakau.
"Belum jelas apakah penggunaan rokok elektronik membawa risiko kesehatan, namun dari yang kita tahu mengenai kandungan uap air, ini akan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan merokok," katanya.
Berdasarkan atas data WHO, rokok tembakau mengakibatkan kematian separoh perokok, dengan angka kematian mencapai enam juta orang per tahun.
West mengatakan bukti-bukti menunjukkan bahwa perokok yang mencari bantuan dokter atau klinik kesehatan yang menyediakan layanan berhenti merokok memiliki angka keberhasilan paling tinggi.
"Ini hampir menggandakan hingga tiga kali lipat peluang perokok untuk berhasil menghentikan kebiasaan itu, dibandingkan dengan jika melakukannya sendiri atau mengandalkan produk-produk pengganti," katanya, demikian Reuters. (*)