Unitomo Teliti Manajemen Penanganan Korban Kelud
Jumat, 21 Februari 2014 16:08 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Universitas dr Soetomo Surabaya mengirimkan 20 mahasiswa, 10 relawan, dan 10 dosen ke kawasan bencana Gunung Kelud untuk membantu korban dan sekaligus meneliti tingkat kepuasan korban terkait layanan pemerintah dalam manajemen bencana.
"Mereka akan membantu dapur umum untuk menyalurkan makanan kepada pengungsi serta turut bekerja bakti membersihkan rumah korban terdampak abu vulkanik," kata Rektor Unitomo Dr Bachrul Amiq di sela-sela meninjau persiapan mahasiswa di Sekretariat Pusat Studi Bencana dan Lingkungan Unitomo Surabaya, Jumat.
Didampingi Ketua Pusat Studi Bencana dan Lingkungan Unitomo Dr Hendro Wardono dan puluhan mahasiswa serta relawan, ia menjelaskan kedatangan mahasiswa Unitomo tidak hanya membantu masyarakat, namun mereka juga akan meneliti tingkat kepuasan korban Kelud terkait pelayanan pemerintah terhadap mereka.
"Sebagai mahasiswa, mereka tidak hanya membantu, namun mereka juga membawa kuesioner untuk dimintakan pendapat masyarakat yang menjadi korban bencana, kemudian hasil kuesioner dan wawancara itu akan kami sampaikan kepada Gubernur Jatim untuk evaluasi bagi manajemen bencana di Jatim pada masa-masa mendatang," katanya.
Selain itu, sebagian mahasiswa dan dosen Unitomo sudah berada di lokasi bencana sejak beberapa hari lalu untuk melakukan pemetaan lokasi bencana, sehingga bantuan dan bentuk bantuan dari mahasiswa, relawan, dan dosen Unitomo yang akan disalurkan pada Senin (24/2) akan tepat sasaran.
"Dalam beberapa hari ini, para mahasiswa melakukan penggalangan dana masyarakat hingga terkumpul sekitar Rp20 juta dan mereka sudah membelanjakan barang sesuai kebutuhan pengungsi Kelud, seperti beras, susu, selimut, pembalut, pampers, sarung, mukenah, Al Quran, dan sebagainya," katanya.
Dalam kesempatan itu, Rektor Unitomo Bachrul Amiq menjelaskan pihaknya memang bekerja sama dengan BPBD dan Gubernur Jatim melakukan kuliah kerja nyata atau KKN tematik tentang manajemen bencana pada sejumlah daerah di Jatim yang tergolong rawan bencana, seperti banjir, longsor, gempa, dan sebagainya.
"Tidak hanya, Unitomo juga merupakan satu-satunya universitas yang bekerja sama dengan BNPB untuk mewajibkan mahasiswanya menempuh mata kuliah manajemen bencana pada semua prodi/jurusan, bahkan Kepala BNPB Dr Syamsul Maarif selalu datang ke Unitomo untuk memberikan kuliah umum dan kuliah teknis per-fakultas," katanya.
Selain itu, Unitomo juga memiliki tiga organisasi ekstra-kurikuler yang terkait langsung dengan manajemen bencana dan lingkungan yakni unit kegiatan mahasiswa (UKM) Himpunan Mahasiswa Sosial dan Lingkungan, UKM Relawan Kampus, dan UKM Mahasiswa Pecinta Alam Unitomo Surabaya (Mapalas).
"Karena itu, mahasiswa yang datang ke lokasi bencana tidak hanya membantu, bekerja bakti, dan melakukan penelitian, namun mereka juga melakukan penyadaran sesuai dengan keilmuan yang dimiliki, misalnya mereka akan mengimbau pengungsi Kelud untuk mematuhi zona 5 kilometer harus steril dalam status Awas, dan seterusnya," katanya.(*)