Pemkab Banyuwangi Libatkan Arsitek Tata Kota
Rabu, 19 Februari 2014 21:14 WIB
Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, melibatkan sejumlah arsitek agar penataan arsitektur kota selain khas juga kental dengan karakter lokal.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat dihubungi di Banyuwangi, Rabu, mengatakan ciri khas yang dikembangkan adalah karakteristik lokal pada bangunan-bangunan yang menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi.
"Kami memang membangun daerah dengan melibatkan arsitek, tidak asal bangun. Arsitektur adalah cerminan sikap politik dan pilihan kebijakan pemerintah daerah," katanya.
Anas mengatakan beberapa bangunan seperti pendopo, bandara, Politeknik Negeri Banyuwangi, atau hotel, bisa dilihat karakter lokalnya dan hal itu menunjukkan konsep pembangunan Banyuwangi berbasis lokalitas.
"Turunan kebijakannya bisa kita lihat pada program-program yang propenguatan masyarakat lokal, seperti pemberdayaan pasar tradisional yang diiringi pembatasan jaringan ritel modern. Selain itu, ada kebijakan pro-buah lokal untuk membendung laju buah impor dan kebijakan lain berbasis lokalitas," papar bupati.
Sejumlah bangunan yang menjadi ikon Banyuwangi memang menunjukkan karakteristik arsitektur Osing (suku asli Banyuwangi).
Adapun sejumlah arsitek ternama yang digandeng Pemkab Banyuwangi, antara lain Andra Matin, Adi Purnomo, Yori Antar, Budi Pradono, dan Ahmad Djuhara. Arsitek lokal dilibatkan sebagai bagian dari transformasi.
Bahkan, lanjut Anas, secara berkala beberapa arsitek nasional itu diundang ke Banyuwangi untuk berdiskusi dan beradu imajinasi dengan arsitek dari Banyuwangi, termasuk kalangan budayawan.
"Beberapa arsitek ternama sangat antusias sehingga tarifnya lain dari biasanya alias lebih murah, karena mereka sangat senang dengan semangat dari Banyuwangi," tambahnya.
Selain bangunan khas lokal, ciri menonjol dari pembangunan lansekap Banyuwangi adalah konsep arsitektur hijau, seperti pada bangun pendopo yang kini sejumlah ruang dan kamar ditutupi rumput seperti bunker dan encahayaan mengandalkan sinar matahari.
Konsep bangunan ramah lingkungan terbaru yang sedang dikembangkan Pemkab Banyuwangi adalah Bandara Blimbingsari yang akan digarap tahun ini tanpa menggunakan pengatur suhu ruangan atau AC.
"AC hanya ada di ruang tertentu seperti server. Kita akan optimalkan sirkulasi udara dan aliran air sehingga tetap terasa dingin," ujar Anas.
Ia menambahkan konsep hijau dalam arsitektur di ikon-ikon Banyuwangi menunjukkan pilihan kebijakan pembangunan berkelanjutan. Turunan program nyatanya ada Gerakan Sedekah Oksigen, memperbanyak ruang terbuka hijau, dan sebagainya.
Salah seorang arsitek kenamaan, Yori Antar, mengatakan, dirinya prihatin melihat gejala bahwa arsitektur tradisional di negeri ini terancam punah dan terlupakan di antara megahnya bangunan modern.
Namun, ia bangga dan memberikan apresiasi dengan greget Banyuwangi dalam mengembangkan arsitektur kota yang kental nuansa lokal.
Dalam sinergi dengan Pemkab Banyuwangi, Yori Antar mendapat tugas mendesain museum dan perpustakaan modern yang akan dibangun di pusat Kecamatan Genteng.
"Banyuwangi penuh keelokan lokal dan memiliki arsitektur nusantara yang khas. Dalam membangunnya, saya tetap ingin menjaga kelestariannya, sehingga bangunan modern yang jadi tetap penuh inspirasi lokal," ujarnya. (*)