Unnar Pamerkan Tarian Pendet kepada Mahasiswa Malaysia
Rabu, 6 November 2013 18:13 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Para mahasiswa Universitas Narotama (Unnar) Surabaya memamerkan Tarian Pendet yang diisukan sempat diklaim Malaysia itu, kepada 44 mahasiswa Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) dalam "Silang Budaya" (Cultural Exchange) di universitas setempat, Rabu.
"Kami ingin menunjukkan Tarian Pendet kepada mereka agar tahu tarian pemujaan umat Hindu di Bali itu yang sebenarnya," kata Kepala Kerja Sama Internasional Unnar, Ani Wulandari di sela penyambutan mahasiswa yang didampingi Ketua Unit Kebudayaan USIM Ismail Ahmed itu.
Selain Tarian Pendet Bali, para mahasiswa Unnar juga mempersembahkan Tarian Jejer (Banyuwangi), Remo (Surabaya), dan Reog Ponorogo, bahkan "Goyang Caesar" juga sempat mengundang puluhan mahasiswa USIM untuk joget bersama.
Tidak hanya itu, kedatangan puluhan mahasiswa yang melawat ke Surabaya dan sekitarnya pada 2-7 November tersebut, juga disambut atlet panahan dan silat "Tetada Kalimasada" yang merupakan mahasiswa Unnar yang mendapat beasiswa karena prestasi di tingkat nasional dan internasional.
Dalam "Silang Budaya" itu, puluhan mahasiswa USIM juga menampilkan Tarian Piring, Dikir Barat, Zapin, dan Joget Lambak. Umumnya tarian itu dilakukan dengan duduk, kecuali Zapin dan Joget Lambak yang sempat mengundang mahasiswa dan sivitas akademika Unnar joget bersama.
"Kami mengutamakan lawatan budaya, karena budaya itu merupakan medium yang paling mudah untuk menumbuhkan keakraban. Selain itu, budaya itu merupakan medium yang bisa dinikmati siapa saja," kata Ketua Unit Kebudayaan USIM, Ismail Ahmed.
Ketika dikonfirmasi Antara tentang klaim Tarian Pendet Bali oleh Malaysia, ia menegaskan bahwa hal itu merupakan konflik yang diciptakan orang luar untuk merusak hubungan Malaysia dan Indonesia sebagai bangsa serumpun.
"Bagaimana kami bisa dikatakan melakukan klaim, padahal kami sendiri tidak pernah tahu Pendet itu seperti apa, bahkan melihat pun tidak pernah, karena itu kita harus melakukan kolaborasi seperti ini agar terjadi kongsi (persatuan)," katanya.
Apalagi, katanya, budaya Barat banyak merasuk ke bangsa-bangsa Nusantara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan sebagainya. "Karena itu, USIM melakukan silang budaya untuk mengangkat kembali budaya tradisional Nusantara," katanya.
Sementara itu, salah satu mahasiswa USIM, Nurul Umira, mengaku senang bertandang ke Surabaya. "Saye kagum banyak teman di sini yang ramah dan bise sharing kebudayaan," katanya dengan logat Melayu yang kental.
Ia mengaku ada beberapa budaya di Malaysia yang mirip dengan Indonesia karena bangsa serumpun. "Reog Ponorogo hampir sama ya dengan Barong di Malaysie," kata mahasiswa ekonomi USIM yang mengaku baru tahu tentang Reog itu.
Lawatan USIM ke Surabaya pada 2-7 November 2013 antara lain ke Museum Kapal Selam, Galer Seni 'House of Sampoerna', Makam Wali Songo Sunan Ampel, Panti Asuhan Muhammadiyah Kenjeran Surabaya, Jembatan Suramadu, Masjid Cheng Ho, Universitas dr Soetomo, Pusat Kerajinan Tanggulangin Sidoarjo, Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Tugu Pahlawan, dan Unnar. (*)