Banyuwangi (Antara Jatim) - Kabupaten Banyuwangi kaya akan beragam kebudayaan. Pesona laut dan daratnya luar biasa. Beragam kekayaan alam diolah demi kemajuan daerah yang berbatasan dengan Pulau Bali tersebut. Banyak kompetisi serta kegiatan dengan tingkat nasional digelar di daerah ini. Hasilnya, tingkat kunjungan pariwisata cukup baik. Bukan hanya dalam negeri, potensi kunjungan turis asing pun juga sangat baik. Bukan hanya kaya akan berbagai potensi alam baik di darat ataupun laut, menu makanan pun juga beragam. Salah satunya yang banyak dicari adalah nasi tempong. Memesan nasi tempong, konsumen akan disuguhi menu makanan nasi lengkap dengan sayur, seperti daun bayam, kubis. Di sampingnya, berjejer lauk, seperti bakwan jagung. Tak kalah, ikan asin sebagai pelengkap menu nasi tempong. Lalap berupa mentimun ikut menghiasi piring yang tersaji lengkap dengan seluruh sayur dan lauknya itu. Sekilas makan nasi tempong, tidak ada yang berbeda dengan menu makanan di daerah lain. Sayur dan lauk itu ditambahi dengan sambal sebagai pelengkap. Namun, di sinilah letak beda dan sensasinya. Ternyata, sambal yang dibuat unik. Sambal baru dibuat ketika ada pelanggan datang. Mencicipi rasa sambal, terasa tidak asing dengan rasa terasi. Setelah mencoba untuk bertanya dengan pemilik warung, Masuah, ternyata mengiyakan sebenarnya sambal nasi tempong adalah sambal terasi. "Bedanya, semua bumbu masih mentah. Kalau sambal terasi biasanya bumbu sudah digoreng," kata pemilik warung makan nasi tempong di Desa Cungki, Kecamatan Banyuwangi ini. Sambal di warung makan ini banyak digemari. Konsumen bukan hanya warga Banyuwangi sendiri, melainkan banyak yang dari luar kota. Istri dari Sunarso ini juga tidak pelit membagi rahasia sambal buatannya yang banyak digemari pelanggan. Bumbu yang disiapkan semuanya harus segar, seperti cabai, tomat. Bumbu itu dihaluskan dicampur dengan garam, terasi, serta gula. Setelah halus, diberi air sedikit, dan sambal itu lalu disiramkan di atas sayur. "Ada tingkatan pedas kalau mau," ucapnya. Masuah mengaku, sudah lama menjalankan warung makan tersebut, sejak 2008. Usaha itu berawal dari jualan sayur, dan karena masih ada sisa akhirnya dimasak dan dijual lengkap dengan nasi. Usaha nasi tempong yang dirintis dengan suaminya berjalan dengan lancar, dan saat ini terus konsentrasi mengembangkan usaha tersebut. Dalam sehari, ia menghabiskan beras sekitar 20 kilogram untuk dijual, ikan asin 2 kilogram, serta sejumlah lauk lain. Harga yang dibayar untuk makan nasi tempong di warung makan Masuah itu cukup terjangkau, mulai Rp6 ribu per porsi, tergantung lauk yang dipesan. Nana, salah seorang pembeli di warung makan itu mengaku awalnya aneh makan nasi tersebut, karena nasi didominasi pedas dan rasa manis akibat guyuran sambal. Namun, setelah dinikmati, rasanya enak. "Saya suka pedas, tapi yang normal saja. Sambal di nasi ini memberikan sensasi sendiri, pedasnya luar biasa," ujar Nana, sambil menahan pedas. (*)
Berita Terkait
William Wongso Gali Kuliner Banyuwangi untuk Pertemuan Internasional
2 November 2018 18:37
Pedasnya Nasi Tempong Banyuwangi Bikin Ketagihan
22 Januari 2016 11:33
Nikmatnya Nasi Tempong "Indra"
5 Juni 2015 10:18
Menikmati Rasa Ditempong di Festival Sego Tempong
28 Maret 2015 17:29
Nasi Tempong "Tabokan" Banyuwangi
14 Desember 2012 12:00
Pemkab Banyuwangi kembali hadirkan bazar kuliner "Arabian Streetfood"
10 November 2024 22:00
Gaun pengantin khas Banyuwangi
27 Oktober 2024 08:51
Kementerian PUPR alokasikan Rp200 M revitalisasi Pasar Banyuwangi
25 April 2024 22:10
