Surabaya (AntaraJatim) - Universitas Kristen Petra Surabaya membangun "green building" senilai Rp200 miliar yang merupakan universitas pertama yang memiliki gedung hemat energi di Kota Pahlawan dengan konsep sudah dipublikasikan majalah internasional "Architecture 12". Pembangunan gedung itu ditandai dengan pemancangan tiang pancang oleh Wali Kota Surabaya Ir Tri Rismaharini MT bersama Rektor Universitas Petra Surabaya Prof Dr.Eng Ir Rolly Intan MASc di belakang gedung P dari kampus setempat, Kamis. "Bangunannya ada dua menara (tower) yang sama-sama miring yakni tower 10 lantai dan tower 12 lantai. Biayanya memang lebih mahal dibandingkan dengan gedung biasa, karena konsep green building memang lebih mahal 10-25 persen daripada gedung biasa," kata Prof Rolly Intan. Namun, katanya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini merasa senang dengan bentuk bangunan yang unik itu. "Secara bercanda, bu Wali Kota bilang akan pulang kalau bentuk bangunannya kotak-kotak, karena bentuknya itu-itu saja, tapi beliau senang ada kreasi dan inovasi," katanya. Oleh karena itu, pihaknya akan mengurus sertifikasi green building, lalu hasilnya akan kami ajukan ke Pemkot Surabaya untuk mendapatkan "reward". "Mungkin saja akan ada subsidi pajak, listrik, atau lainnya, apalagi ini universitas yang pertama dengan konsep green building," katanya. Sementara itu, konsultan pembangunan gedung baru tersebut, Ir Jimmy NK Priatman MArch, mengatakan konsep gedung itu memenuhi lima kriteria "green building" yakni hemat listrik, hemat air, memiliki lahan tepat guna, kualitas lingkungan terjaga seperti aliran pembuangan air dan daur ulang sampah, serta material bangunan. "Material bangunan untuk gedung hemat energi itu tidak boleh sembarangan, misalnya pipa untuk aliran pembuangan air, penambahan konstruksi miring untuk pengaturan cahaya, cat berbahan ramah lingkungan, dan sebagainya, sehingga biaya green building memang lebih mahal," kata alumni Jurusan Arsitektur Universitas Petra Surabaya itu. Menurut dia, bentuk V yang miring juga dimaksudkan untuk mengurangi tekanan langsung matahari, sehingga tidak panas dan akhirnya penggunaan AC lebih kecil, padahal energi yang dipakai AC itu bisa mencapai 55-60 persen dalam sebuah bangunan, lalu di atas auditorium pada salah satu gedung miring itu ada atap hijau berupa taman dan bagian bawah gedung terbuka. Selain itu, sirkulasi udara dirancang di sisi sebelah dalam dan celah-celah di antara kedua bangunan miring itu, sehingga akan berfungsi menampung dan mempercepat arus angin. "Kami akan memasang kincir angin untuk dimanfaatkan energi anginnya," katanya. Gedung yang akan diberi nama gedung P1 dan P2 itu akan digunakan oleh Fakultas Seni dan Desain, Fakultas Ilmu Komunikasi, serta Fakultas Sastra yang saat ini masih menempati gedung lama. "Semua penghematan energinya kami hitung dan kami menargetkan penghematan energinya dengan pemanfaatan energi hanya 60-65 kwh/meterpersegi/tahun, sehingga bisa mengalahkan Gedung Wonokoyo Jalan Raya Darmo Surabaya yang memiliki pemanfaatan energi 87 kwh/meterpersegi/tahun," katanya. Bahkan, ada lima mahasiswa yang menulis tesis dengan meneliti gedung itu. "Dua dari lima mahasiswa S2 itu sudah lulus, padahal gedungnya baru dimulai dan rencananya akan selesai dalam dua tahun ke depan," katanya. (*)
Berita Terkait
International Community Outreach Program (iCOP) 2025 di Mojokerto
26 Juli 2025 20:52
81 mahasiswa asing belajar kearifan lokal selama tiga minggu di Mojokerto
26 Juli 2025 17:47
Universitas Kristen Petra gelar "Inkubasi Menjahit" bagi UMKM
3 Juli 2023 20:32
UK Petra kampanye konsumsi gula bagi anak di Sekolah Elyon
31 Mei 2023 21:29
PCE pertandingkan lomba maket jembatan dan bangunan tahan gempa
5 Mei 2023 21:04
Dua mahasiswa UK Petra catat IPK tertinggi dalam wisuda ke-83
18 Maret 2023 20:55
Mahasiswa Universitas Kristen Petra pamerkan karya "digital fashion"
3 Februari 2023 17:20
