Berwisata Kuliner di Pasar Ramadhan
Sabtu, 13 Juli 2013 23:16 WIB
Oleh Norjani
Ita terlihat sibuk melayani pembeli yang datang silih berganti. Dengan cekatan dia membungkus kue-kue, sekaligus menyerahkan uang kembalian kepada pembeli.
Begitulah suasana di Pasar Ramadhan di kawasan Taman Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Sejak dibuka pada 10 Juli 2013 atau 1 Ramadhan 1434 Hijriah, tiap hari ratusan warga silih berganti memadati pasar musiman tersebut.
"Kalau tidak cepat, kasihan pembeli menunggu lama dan antrenya makin banyak. Lagi pula, orang kalau kelamaan menunggu akhirnya ada yang batal membeli, jadi kami sendiri yang rugi," ujar Ita di sela kesibukannya.
Pasar Ramadhan seakan menjadi pelengkap tiap tibanya bulan suci umat Islam ini. Bahkan tiap tahun pemerintah daerah memfasilitasi para pedagang kecil untuk berdagang selama Ramadhan dengan mendirikan Pasar Ramadhan. Tahun ini, sedikitnya 120 pedagang berjualan di pasar tersebut.
Berbagai ragam makanan mulai kue, lauk, sayur, camilan, buah-buahan dan minuman dijual para pedagang di Pasar Ramadhan. Semua makanan dan minuman yang dibutuhkan warga untuk persiapan berbuka puasa, ada di situ.
Beragam jenis kue selalu menjadi andalan pedagang karena memang banyak dicari pembeli. Berbagai jenis kue khas Kalimantan seperti bingka, amparan tatak, hingga putu mayang. Soal minuman, pembeli tinggal pilih karena sangat banyak pilihan tergantung selera.
Kue dan minuman yang dijual umumnya menonjolkan rasa manis. Selain memang dianjurkan untuk disantap saat berbuka puasa, makanan dan minuman manis juga sangat bermanfaat membantu memulihkan kondisi tubuh setelah berpuasa saat siang.
"Pasar Ramadhan ini sangat membantu, khususnya saat kita umat Islam menjalankan ibadah puasa. Saat puasa seperti ini, kan capek juga kalau pulang kerja harus menyiapkan berbagai menu makanan untuk berbuka. Jadi, Pasar Ramadhan lah pilihannya karena semua sudah tersedia," kata Lisa, salah seorang pembeli.
Tidak sekadar menyediakan makanan dan minuman untuk berbuka puasa, Pasar Ramadhan seakan menjadi momen bagi masyarakat untuk memanjakan lidah dengan beragam kue khas Kalimantan yang biasanya hanya banyak dijual saat Ramadhan.
Keinginan itu pula yang ditangkap para pedagang sehingga ramai-ramai menjual banyak ragam kue dan makanan lainnya untuk menarik minat pembeli. Pedagang menyadari betul bahwa pembeli akan memilih sesuai selera mereka yang memang berbeda-beda.
"Ada yang dibuat sendiri oleh keluarga di rumah, ada pula yang dipasok oleh pembuat kue langganan kami. Makin banyak jenis kue yang dijual, makin banyak pula pilihan pembeli, dan berarti makin besar kemungkinan pembeli membeli kue kami," ujar pedagang lainnya yang minta disebut dengan Mama Dewi.
Pemerintah daerah sengaja menggelar Pasar Ramadhan dengan berbagai tujuan positif yang diharapkan bisa dicapai. Selain memfasilitasi para pedagang kecil serta membantu masyarakat mempersiapkan menu berbuka puasa, Pasar Ramadhan juga dijadikan sarana wisata kuliner masyarakat.
"Silakan pedagang menjual berbagai produk-produk makanan dan minuman, terlebih kalau itu khas daerah kita Kotawaringin Timur sehingga masyarakat makin mencintai kuliner khas daerah kita," kata Wakil Bupati Kotim, HM Taufiq Mukri.
Meski menyambut antusias digelarnya Pasar Ramadhan, Taufiq tidak lupa mengingatkan agar pedagang tidak mengenyampingkan masalah kesehatan. Pedagang dilarang menggunakan zat-zat berbahaya seperti pengawet dan pemanis buatan serta pewarna yang dapat mengancam kesehatan masyarakat.
Sementara itu, minat masyarakat untuk berbelanja di Pasar Ramadhan di Sampit cukup tinggi. Tidak heran peluang itu dibaca para pedagang sehingga sepakat berjualan di pasar-pasar dadakan di sejumlah lokasi lain.
Seperti di Pasar Ramadhan di Jalan Muchran Ali Kecamatan Baamang, tiap hari selalu dipadati ratusan pembeli yang datang. Dampaknya, jalan di kawasan itu sering macet sejak pasar tersebut dibuka.
Pengendara harus perlahan melintas mengingat pembeli dan parkiran berjubel lantaran lokasi Pasar Ramadhan yang memang dibangun tepat di trotoar jalan. Meski begitu, masyarakat tampak sudah memaklumi kondisi yang terjadi tiap tahun tersebut.
Sarana Silaturahim
Pasar Ramadhan ternyata punya manfaat lain yang tak kalah penting dari sekadar urusan menu berbuka puasa. Berkumpulnya ratusan pembeli tiap harinya secara tidak langsung membuat sosialisasi antar-warga terjadi.
Para pembeli saling sapa dengan kenalan mereka yang kebetulan sama-sama sedang berbelanja di Pasar Ramadhan. Tidak sedikit yang mengaku bisa bertemu rekan lama mereka saat berbelanja di Pasar Ramadhan.
"Lama tidak bertemu, malah ketemunya di pasar ini. Setelah lulus SMA, kami sama-sama kuliah tapi di daerah berbeda. Bertahun-tahun tidak ketemu, eh malah ketemunya di sini," ujar Aina, seorang pembeli.
Tidak hanya umat Islam, warga non-Muslim pun juga menyambut antusias digelarnya Pasar Ramadhan. Mereka sangat menikmati suasana di pasar yang hanya digelar saat bulan sucinya umat Islam tersebut.
Toleransi antarumat beragama pun sangat terasa. Mereka berbaur dan ikut merasakan kegembiraan dengan digelarnya Pasar Ramadhan tersebut dan menghargai umat Islam yang memuliakan bulan ini dengan meningkatkan ibadah.
"Teman saya kan banyak yang puasa dan mereka mau berbelanja di Pasar Ramadhan, saya langsung ikut. Tiap tahun saya pasti menyempatkan ke sini meski saya tidak berpuasa. Bagi saya, perbedaan keyakinan itu hal biasa dan kita harus saling menghargai," kata Vina, pengunjung lainnya.
Sejak Pasar Ramadhan dibuka, pembeli yang datang memang bukan hanya umat Islam yang hendak menyiapkan menu berbuka puasa, tetapi juga warga non-Muslim. Pasar Ramadhan menjadi jembatan terjadinya interaksi sosial positif sehingga mempererat hubungan antarsesama tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan. (*)