Wamen Perindustrian: Industri Luar Jawa-Sumatera 10 Persen
Jumat, 26 April 2013 20:23 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun menyatakan kesenjangan di Indonesia masih besar, karena 70 persen industri ada di Jawa, 20 persen industri di Sumatera, dan 10 persen industri terbagi pada sejumlah wilayah di luar itu.
"Karena itu, pengusaha yang membawa peti kemas ke Papua menjadi lebih mahal ongkosnya daripada ke China, karena kapal yang membawa peti kemas itu balik dalam keadaan kosong. Itu pengusaha gila namanya," katanya di Surabaya, Jumat.
Saat menghadiri Sidang Terbuka Promosi Doktor untuk dosen Universitas Pattimura (Unpatti) Maluku Dr Ir Marcus Tukan BSE MT di Auditorium Pascasarjana ITS Surabaya, ia mengaku hal itulah yang mendorong Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
"Mubazir kalau kita membangun pelabuhan tanpa membangun industri," katanya saat mengomentari model yang digagas Marcus Tukan untuk mengukur kemajuan ekonomi suatu wilayah dengan mengukur panjang dermaga/pelabuhan, bukan panjang jalan.
Menurut Alex Retraubun yang juga alumni Unpatti itu, model yang dikembangkan rekannya Marcus Tukan merupakan hasil penelitian yang strategis, sebab ukuran pertumbuhan ekonomi pada kawasan timur berbasis pelabuhan, bukan jalan seperti di Jawa.
"Itu strategis, karena dia menemukan model bahwa panjang pelabuhan itu berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah kepulauan. Itu seperti fungsi jalan di Jawa. Model itu mengisyaratkan pentingnya pembangunan pelabuhan dan industri di kawasan timur," katanya.
Dalam kaitan potensi Maluku, ia mengatakan program MP3EI di wilayah itu akan mendorong kawasan Maluku dan sekitarnya menjadi lumbung ikan secara nasional. "Tapi, sejauh mana teknis 'lumbung ikan' di Maluku itu, tanyakan pada pemerintah sana," katanya.
Sementara itu, promovendus Marcus Tukan dalam paparannya menegaskan bahwa panjang pelabuhan atau dermaga di suatu wilayah ada hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi daerah, karena keberadaan infrastruktur pelabuhan itu menunjukkan kinerja ekonomi di daerah.
"Semakin panjang dermaga, maka semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, tapi teknologi dan nilai keekonomian produk dalam bongkar muat barang di suatu pelabuhan juga menentukan parameter pertumbuhan ekonominya," katanya.
Dalam disertasi bertajuk "Pengembangan Pelabuhan Berbasis Model Ekonomi Wilayah Kepulauan" itu, peraih predikat "Sangat Memuaskan" dalam promosi doktor itu menyatakan Bali, Sumut, dan Jabar mengalami pertumbuhan ekonomi akibat infrastruktur jalan.
"Pertumbuhan ekonomi di Jabar sangat tinggi dibandingkan daerah lainnya. Sebaliknya, Maluku, Manokwari, dan Kendari mengalami pertumbuhan ekonomi akibat infrastruktur pelabuhan, bahkan tingkat pertumbuhannya lebih tinggi daripada wilayah dengan dukungan jalan," katanya.
Dalam kesempatan itu, Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Prof Ir Sjarief Widjaja PhD selaku promotor Marcus Tukan memuji model yang ditemukannya. "Itu model baru yang strategis untuk diangkat ke tingkat dunia, khususnya untuk negara-negara kepulauan. Ukurannya bukan jalan lagi, tapi dermaga," katanya. (*)