Jakarta (ANTARA) - Sebagai konsumen utama produk-produk kecantikan, kaum perempuan memegang peran sentral dalam mengurangi dampak buruk limbah kosmetik terhadap lingkungan.
Bagi sebagian besar kaum hawa, kosmetik adalah salah satu hal yang penting. Bahkan, mungkin sangat penting. Tidak sedikit perempuan merasa kurang nyaman atau kurang pede, saat tampil tanpa pulasan kosmetik.
Tidak bisa dipungkiri, kosmetik dapat membantu meningkatkan penampilan fisik, menonjolkan fitur-fitur wajah, dan mungkin menyamarkan kekurangan kulit atau area tertentu. Ini dapat memberikan wanita perasaan lebih pede dan lebih nyaman dengan penampilan mereka.
Selain itu, penggunaan kosmetik juga menjadi bagian ekspresi diri bagi banyak perempuan. Mereka dapat mengekspresikan kepribadian, gaya, dan kreativitas mereka, misalnya, melalui warna-warna, tekstur, dan gaya make-up yang mereka pilih.
Di beberapa lingkungan kerja, penampilan yang rapi dan terawat dianggap penting. Maka, penggunaan kosmetik dapat turut membantu kaum perempuan pekerja menggapai penampilan yang profesional dan lebih percaya diri di tempat kerja mereka.
Kosmetik dan lingkungan
Di balik sejumlah manfaatnya bagi kaum perempuan, kosmetik juga membawa implikasi sangat buruk bagi lingkungan. Terdapat sekurangnya lima dampak negatif kosmetik bagi lingkungan kita. Dampak buruk tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, limbah kemasan. Sebagian besar kemasan kosmetik adalah plastik yang tidak dapat terurai secara hayati yang berdampak mencemari tanah dan air. Berdasarkan penelitian Zero Waste Week, secara global, limbah kemasan plastik dari industri kosmetik mencapai lebih dari 120 miliar unit kemasan setiap tahunnya.
Kedua, polusi kimia. Banyak kosmetik mengandung bahan kimia, seperti paraben, ftalat, dan sulfat. Ketika mencemari sistem aquatik, bahan- bahan kimia tersebut dapat mempengaruhi ekosistem laut dan berkontribusi pada pemutihan karang.
Ketiga, pemborosan sumber daya. Produksi kosmetik melibatkan ekstraksi sumber daya alam yang mengakibatkan perusakan habitat dan hilangnya keanekaragaman hayati. Bahan-bahan, seperti minyak sawit, mika, dan beberapa mineral bisa saja diperoleh dengan cara yang tidak berkelanjutan.
Di sisi lain, proses manufaktur kosmetik seringkali memerlukan sejumlah besar air, yang dapat berkontribusi pada kelangkaan air di beberapa wilayah.
Keempat, jejak karbon. Proses produksi dan distribusi kosmetik berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, yang pada gilirannya turut memperburuk perubahan iklim. Manufaktur kosmetik juga membutuhkan banyak energi dan seringkali mengandalkan bahan bakar fosil, yang meningkatkan jejak karbon.
Kelima, pencemaran mikroplastik. Beberapa jenis kosmetik menggunakan microbeads untuk eksfoliasi, yang merupakan jenis mikroplastik. Butiran ini tidak larut dan dapat menumpuk di lingkungan laut, yang membahayakan organisme akuatik.
Konsumen dan industri
Sebagai konsumen, kaum perempuan tentu saja dapat mengambil peran sentral untuk mengurangi limbah kosmetik. Salah satu caranya, yaitu dengan memilih produk kosmetik yang memiliki kemasan ramah lingkungan, seperti yang terbuat dari bahan daur ulang atau dapat didaur ulang.
Membeli produk kosmetik dalam ukuran besar maupun yang dapat diisi ulang, daripada kemasan kecil yang menghasilkan lebih banyak sampah kemasan, juga dapat menjadi pilihan.
Setelah produk kosmetik habis, tidak ada salahnya menggunakan ulang atau mendaur ulang kemasannya. Botol atau wadah kosmetik sering dapat digunakan kembali untuk menyimpan barang-barang lainnya atau diolah kembali.
Jika mungkin, pilih produk kosmetik yang sedikit atau tanpa kemasan sama sekali. Saat ini, beberapa merek kosmetik telah menawarkan opsi tanpa kemasan atau menggunakan kemasan minimalis untuk mengurangi limbah kemasan.
Tidak kalah pentingnya, yaitu selalu menggunakan produk kosmetik dengan bijaksana demi menghindari pemborosan. Dengan kata lain, gunakan kosmetik hanya saat benar-benar dibutuhkan.
Industri kosmetik juga memiliki peran penting dalam turut mengurangi limbah kosmetik. Selain menggunakan kemasan produk yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan daur ulang atau bahan yang dapat didaur ulang, produsen kosmetik juga dapat merancang kemasan yang inovatif dan berkelanjutan untuk membantu mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan.
Produsen kosmetik dapat menggunakan bahan baku yang berasal dari sumber-sumber yang berkelanjutan dan dapat diperbaharui, termasuk bahan-bahan alami dan organik yang memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah daripada bahan-bahan kimia sintetis.
Industri kosmetik perlu mengadopsi prinsip pengurangan limbah dalam proses produksi mereka. Ini meliputi praktik-praktik, seperti mengurangi pemborosan bahan baku, mendaur ulang limbah produksi, dan menggunakan teknologi yang lebih efisien.
Memperkenalkan program pengembalian kemasan kosmetik yang digunakan kembali atau didaur ulang dapat menjadi bagian dari upaya untuk membantu mengurangi limbah kosmetik. Ini dapat mencakup skema pengembalian botol atau wadah kosong untuk diisi ulang atau didaur ulang.
Produsen kosmetik perlu pula meningkatkan transparansi tentang keberlanjutan produk-produk mereka dan memberikan edukasi kepada konsumen tentang cara menggunakan produk dengan bijaksana dan bagaimana membuang kemasan dengan benar.
Peran pemerintah
Bagaimana peran pemerintah?
Selain mengeluarkan regulasi yang mengatur penggunaan bahan ramah lingkungan dan dapat didaur ulang dalam produk kosmetik serta memastikan penegakan hukumnya, pengenaan pajak atas bahan baku yang tidak ramah lingkungan juga dapat diberlakukan.
Kebijakan ini dapat mendorong industri kosmetik untuk beralih ke opsi yang lebih berkelanjutan. Di saat yang sama, insentif pajak dapat diberikan untuk industri kosmetik yang telah mengadopsi praktik-praktik yang ramah lingkungan.
Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan industri kosmetik, organisasi non-pemerintah maupun perguruan tinggi untuk mengembangkan kebijakan dan inisiatif keberlanjutan yang efektif untuk membantu menciptakan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan di sektor kosmetik.
Dengan mengambil langkah-langkah tersebut, pemerintah dapat ikut memainkan peran aktif dan penting dalam mempromosikan praktik-praktik yang lebih ramah lingkungan di sektor industri kosmetik untuk mengurangi dampak buruk limbah kosmetik terhadap lingkungan kita.
*) Rejeki Wulandari adalah pegiat dan pemerhati isu lingkungan
