Oleh Didik Kusbiantoro (Surabaya/Antara Jatim) - Media sosial kini sedang menjadi "booming" di hampir seluruh negara di belahan dunia, termasuk di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Puluhan aplikasi media sosial kini bisa diakses dengan mudah dan gratis oleh masyarakat melalui jaringan internet komputer atau laptop maupun perangkat telepon pintar (smartphone). Mengutip Wikipedia, media sosial adalah sebuah media online (dalam jaringan) dengan para penggunanya bisa mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan konten atau isi, meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, serta dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk, termasuk majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, podcast, foto atau gambar, video, dan bookmark sosial. Jejaring sosial "facebook" ciptaan pemuda asal Amerika Serikat, Mark Zuckerberg, menjadi salah satu media sosial yang paling banyak diakses pengguna dari berbagai kalangan di seluruh dunia, mulai pelajar hingga pejabat. Belakangan setelah facebook, puluhan media sosial bermuncullan, seperti twitter, whatsApp, line, WeChat, dan aplikasi buatan lokal asal Surabaya, Catfiz, yang juga tidak kalah banyak penggunanya. Direktur Utama PT Dunia Catfish Kreatif Media (pencipta Catfiz), Mochammad Arfan, ketika dihubungi akhir pekan ini, mengemukakan aplikasi yang diluncurkan secara resmi pada 10 November 2012 itu, mendapat respon cukup tinggi dari pengguna di dunia, bahkan telah diunduh di 151 negara. "Ini salah satu bukti bahwa produk aplikasi buatan anak bangsa mampu bersaing dengan produk asing. Kami terus berupaya mengembangkan aplikasi tersebut," katanya. Catfiz tidak kalah dibanding aplikasi media sosial asing dan didesain dengan beberapa keunggulan, seperti untuk interaksi sosial (chatting) secara grup yang anggotanya ribuan pengguna sekaligus, termasuk saling kirim gambar, video dan pesan suara. "Dengan hanya satu klik, kita bisa mengirimkan pesan-pesan, gambar atau suara kepada ribuan orang," kata Arfan yang lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Sayangnya, aplikasi buatan pemuda Surabaya ini belum setenar facebook, twitter, blackberry messenger atau WhatsApp yang lebih disenangi pengguna telepon pintar di Indonesia. Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring di sela-sela pembukaan acara "Indonesia Information and Communication Technology Award" (INAICTA) 2013 pada pertengahan Februari lalu, mengatakan jumlah pengguna facebook di Indonesia mencapai lebih dari 47 juta orang, sementara twitter sekitar 19,7 juta pengguna. "Secara keseluruhan, saat ini sudah ada lebih kurang 62,9 juta pengguna layanan internet, sementara jumlah pengguna ponsel sudah hampir menyamai populasi penduduk Indonesia, yakni mencapai 220 juta pengguna," ujarnya. Jumlah pengakses internet dipastikan akan terus meningkat setiap tahun, apalagi setelah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) terus membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi ke seluruh penjuru nusantara melalui program Indonesia Digital Network. Banyak Kepentingan Sementara anak perusahaan Telkom, yakni PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) juga memperluas program "Broadband City" hingga ke-300 kota pada tahun ini dan ditargetkan menjangkau seluruh kabupaten/kota pada 2014. Dengan ketersediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi yang memadai dan semakin memudahkan masyarakat mengakses internet atau layanan data, bisa dipastikan pengguna media sosial juga meningkat. "Jumlah pengguna layanan data kami targetkan mencapai 80 juta hingga akhir 2013, sementara jumlah pelanggan Telkomsel ditargetkan tumbuh menjadi 130 juta," kata Direktur Network Telkomsel Abdus Somad Arief saat penandatanganan MoU dengan Universitas Malang, awal April 2013. Pria yang akrab disapa ASA (singkatan dari namanya Abdus Somad Arief) itu mengakui keberadaan aplikasi jejaring atau media sosial menjadi salah satu pemicu pertumbuhan pengguna layanan data seluler. Seiring perkembangan dan kebutuhan yang muncul di masyarakat, media sosial tidak lagi sekadar menjadi forum pertemanan, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, semisal bisnis, pencitraan diri seseorang atau lembaga/perusahaan, hingga kampanye politik. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio atau surat kabar dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, tidak demikian dengan media sosial. Seorang pengguna bisa mengakses media sosial dengan jaringan internet, bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa mengeluarkan biaya besar, alat mahal dan tanpa karyawan. Pengusaha, politikus dan pejabat, termasuk Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono juga sudah memanfaatkan media sosial twitter untuk sarana komunikasi dan interaktif dengan masyarakat. Peneliti senior The Founding Fathers House, Dian Permata, menilai media sosial seperti twitter dan facebook cukup efektif sebagai alat kampanye, terutama untuk membangun komunikasi partai politik dengan masyarakat. "Dengan model kampanye digital, parpol banyak mendapatkan masukan ketimbang mengumpulkan orang di lapangan terbuka atau pasang iklan," katanya. Setiap pengikut (follower) di akun media sosial sangat bebas dan terbuka melakukan kritik atau lainnya kepada tokoh ataupun parpol, tanpa sekat apapun, yang sebelumnya sering terjadi antara pemilih dengan parpol ataupun calon pemimpin. Ia menyebut Dahlan Iskan, Prabowo Subianto, Jusuf Kalla, dan Aburizal Bakrie adalah sederet kecil tokoh yang sudah melakukan kampanye digital dengan memiliki akun di twitter dan facebook. PDI Perjuangan, PKS, Partai Golkar juga melakukan hal serupa. Presiden AS Barack Obama merupakan salah satu tokoh yang sukses memaksimalkan media sosial untuk kampanye program-program kepada calon pemilih pada Pemilu 2004, hingga kemudian ia mampu menghimpun dukungan suara publik. Seperti halnya Obama, tim sukses pemenangan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama juga memanfaatkan media sosial twitter dan lainnya untuk tujuan yang sama, menyertai kampanye model blusukan gaya Jokowi. Pengguna media sosial sebagian besar adalah kaum terpelajar yang cukup kritis dalam menyikapi setiap munculnya isu-isu baru. Arena ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung penyampaian pesan-pesan politik, sambil tentu saja blusukan menemui calon pemilih secara langsung. (*)
Menjaring Aspirasi Lewat Model Kampanye Digital
Senin, 22 April 2013 8:40 WIB
