BPBD: Kerugian Banjir Bojonegoro Capai Rp14,360 Miliar
Jumat, 12 April 2013 13:18 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jatim, Kasiyanto, menyebutkan kerugian banjir luapan Bengawan Solo yang terjadi dalam beberapa hari ini mencapai Rp14,360 miliar, dengan kerugian terbesar akibat rusaknya tanaman padi seluas 3.337 hektare.
"Kerugian terbesar karena banyak tanaman padi petani yang gagal panen, sebab ketika banjir datang kondisinya sudah mulai berbuah," katanya di Bojonegoro, Jumat.
Ia mencontohkan kerugian banjir di Kecamatan Trucuk mencapai Rp1 miliar lebih, sebab ada ratusan hektare tanaman padi petani yang sudah mulai berbuah gagal dipanen karena banjir terlanjur merendam tanaman padi petani.
"Tanaman padi yang baru tanam juga rusak. Kalau bisa tumbuh juga tidak normal kalau panen akan mengalami penurunan produksi," katanya menjelaskan.
Perhitungan kerugian itu, jelasnya, belum termasuk kerusakan rumah warga di daerah genangan banjir, juga jalan desa dan kabupaten yang terendam air banjir.
Namun demikian, ia tidak bisa merinci jumlah rumah warga yang rusak diterjang banjir luapan Bengawan Solo, termasuk kerusakan jalan.
"Tapi besarnya kerugian akibat rusaknya jalan desa dan kabupaten tidak besar. Kan perbaikan jalan rusak tidak membutuhkan biaya besar, karena sebagian besar jalan berupa paving," ujarnya.
Data di BPBD setempat, banjir luapan sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Jawa itu ketinggian air tertinggi pada papan duga di Bojonegoro mencapai 15,55 meter, Selasa (9/4), mengakibatkan 119 desa yang tersebar di 15 kecamatan terendam air banjir.
Warga yang terkena dampak banjir sedikitnya 13.000 kepala keluarga, di antaranya sebanyak 3.884 jiwa mengungsi. Banjir juga merendam tanaman padi seluas 3.337 hektare dan palawija 875 hektare.
Selain itu, genangan banjir juga melanda sejumlah lembaga pendidikan, masjid, jalan desa sepanjang 142,884 kilometer, kabupaten 2 kilometer lebih, juga prasarana dan sarana umum lainnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan kerugian banjir luapan sungai terpanjang di Jawa di daerahnya itu kemungkinan masih akan pertambah. Alasannya, saat ini di sejumlah desa di Kecamatan Kanor dan Baureno masih terjadi genangan air luapan Bengawan Solo.
"Kami masih membuka dapur umum di sejumlah desa di daerah genangan banjir di Kecamatan Baureno untuk melayani warga yang rumahnya masih terendam air banjir," kata Camat Baureno Sukirno. (*)