Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan ketinggian air Bengawan Solo di hilir, Jawa Timur, berangsur-angsur surut, karena di hulu tidak terjadi banjir.
"Ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, belum aman, akan tetapi cenderung turun, karena di daerah hulu tidak terjadi banjir," kata Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro, Selasa.
Sesuai data menyebutkan ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro yang semula sehari lalu merangkak naik, berangsur-angsur surut menjadi 12,00 meter, Selasa pukul 06.00 WIB.
Begitu pula, di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari kota, ketinggian air pada waktu bersamaan juga di bawah siaga banjir mencapai 24,75 meter.
Namun, di hilir, Babat, Laren, Karangeneng, dan Kuro, semuanya di Lamongan, masih siaga banjir masing-masing 7,29 meter (siaga I-hijau), 2,29 meter (siaga I-hijau), 5,02 meter (siaga II-kuning) dan 1,93 meter (siaga I-hijau).
"Air Bengawan Solo lancar mengalir ke laut," ujarnya.
Hal senada disampaikan Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro MZ. Budi Mulyono yang menyebutkan kondisi Bengawan Solo di daerahnya aman di bawah siaga banjir.
Meski demikian, menurut dia, BPBD tetap memberlakukan siaga dalam menghadapi ancaman bencana banjir luapan Bengawan Solo, banjir bandang, tanah longsor, juga bencana lainnya sampai akhir Maret.
Pertimbanganya, menurut dia, curah hujan yang terjadi selama Maret tertinggi bisa mencapai 401 milimeter berpotensi menimbulkan bencana baik banjir maupun tanah longsor.
Data di BPBD menyebutkan kerugian dalam tiga kali banjir luapan Bengawan Solo di daerah setempat termasuk dalam dua kali kejadian banjir bandang mencapai Rp13,1 miliar.
Banjir luapan Bengawan Solo terjadi selama kurun waktu Januari sampai 14 Maret yang melanda 96 desa di 12 kecamatan.
Daerah yang dilanda banjir luapan Bengawan Solo, antara lain, Kecamatan Kota, Dander, Balen, Kanor dan Baureno, dan kecamatan lainnya. Banjir sungai terpanjang di Jawa di daerah setempat merendam tanaman padi seluas 1.582 hektare dan palawija 299 hektare.
Warga terdampak banjir Bengawan Solo sebanyak 3.165 kepela keluarga (KK), selain itu banjir juga merendam jalan paving di desa sepanjang 41,3 kilometer dan jalan kabupaten sekitar 7 kilometer.
Dalam kurun waktu Januari-22 Februari banjir bandang juga melanda 26 desa di Kecamatan Temayang, Gondang, Dander, Balen, Bubulan dan Sukosewu.
Banjir merusak tanaman padi seluas 363 hektare, dan palawija 59 hektare, dan banjir merusak sejumlah jembatan desa. Warga terdampak di daerah banjir bandang tercatat 4.254 KK, selain juga merendam jalan desa.