Pemkot Malang Optimistis jadi Kota Mandiri Energi
Jumat, 29 Maret 2013 7:05 WIB
Malang (Antara Jatim) - Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, optimistis akan mampu menjadi sebuah kota yang mandiri energi karena potensi bahan bakunya cukup melimpah.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang Wasto, Jumat, mengatakan, selain bahan bakunya berupa limbah sampah cukup melimpah, dalam waktu dekat tempat pembuangan akhir (TPA) sudah dikelola dengan sistem "Sanitary Landfill".
"Bahkan, saat ini kami sudah mulai mengembangkan bahan bakar dari gas metan yang dihasilkan di TPA Supiturang. Memang, masih belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh warga Kota Malang, hanya sebagian saja dan itupun yang ada di kawasan TPA," ujarnya.
Menurut Wasto, secara bertahap tujuan untuk menjadi kota yang mandiri energi sudah diawali dan setelah teknologi sanitary landfill terealisasi, pasti pengembangannya akan lebih cepat. Sebab, sudah ada pondasi untuk membangun jarigannya.
Ke depan, lanjutnya, tidak hanya produksi gas metan yang bisa dipasok untuk memenuhi kebutuhan bakar warga, tapi juga listrik, minyak tanah, oli dan solar.
Untuk membangun teknologi sanitary landfill, katanya, pihaknya mendapatkan dana kredit lunak dari Jerman sebesar Rp195 miliar. Saat ini masih dalam proses lelang tender konsultan perencanaan. Karena tendernya skala internasional, maka baru enam bulan ke depan baru bisa diketahui pemenangnya.
Karena proses tender konsultan dan perencanaan desain yang cukup lama, kata Wasto, realisasi pembangunan fisik baru bisa dilaksanakan sekitar Agustus atau Oktober tahun depan.
Sementara untuk pengelolaan potensi sampah di TPA Supiturang yang akan diproduksi menjadi minyak tanah, solar dan oli, akan digandeng Swiss, bahkan Dubes RI Joko Susilo yang didampingi perwakilan dari Swiss sudah menawarkan kerja sama tersebut.
"Kami optismis kalau Kota Malang ini akan mampu menjadi kota mandiri energi, sebab tidak ada sedikitpun sampah yang tidak terkelola. Sejumlah negara pun sudah berebut ingin mengelola sampah di TPA Supiturang menjadi berbagai sumber energi alternatif, szeperti Korea, Prancis, Jerman, dan Swiss," katanya.(*)