Malang - Pembangunan Rumah Sakit Akademik Universitas Brawijaya (RSAUB) Malang, Jawa Timur, kembali dilanjutkan setelah selama hampir satu tahun macet total karena keterbatasan anggaran. "Turunnya anggaran sebesar Rp40 miliar tahun ini bisa mempercepat pembangunan RSAUB agar bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat. Sekarang masih dalam proses tender," kata Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Yogi Sugito di Malang, Rabu. Yogi juga berharap pada perubahan APBN 2013 nanti, RSAUB kembali bisa mendapatkan kucuran dana untuk menyelesaikan pembangunannya. Sebab, hingga saat ini anggaran yang dikucurkan untuk RSAUB baru sekitar 40 persen dari jumlah keseluruhan sebesar Rp650 miliar. Menurut dia, jika dalam perubahan APBN nanti juga mendapatkan kucuran anggaran lagi, maka proses pembangunan RSAUB bisa dipastikan akan lebih cepat. Memang, lanjutnya, pembangunan RSAUB tersebut tidak ada target kapan penyelesaiannya karena anggaran yang digunakan seluruhnya dari pemerintah pusat. "Namun, bagaimanapun juga keinginan kami pembangunan RSAUB bisa segera selesai agar bisa dioperasionalkan secepatnya," ujar Yogi. Dengan beroperasinya RSAUB itu nanti, kata Yogi, bisa menunjang kegiatan akademik di bidang kedokteran dan kesehatan, disamping bisa memberikan layanan pada masyarakat umum. Sebab, katanya, selama ini keberadaan rumah sakit di Malnag seringkali "overload", sehingga tidak mampu menampung pasien. "Kami berharap dengan adanya RSAUB nanti bisa mengurangi kondisi memprihatinkan, dimana kapasitas rumah sakit tidak mampu menampung pasien," katanya. Pembangunan RSAUB RSAUB yang didanai sepenuhnya oleh pemerintah pusat itu berketinggian delapan lantai. Dan, dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektare. Proses pembangunan RSAUB tersebut tidak sesuai jadwal, sebab seharusnya seluruh pembangunan fisik maupun pengadaan barang termasuk peralatan medis tuntas pada 2012 atau empat tahun setelah peletakan batu pertama pada 2009. Molornya pembangunan RSAUB itu berdampak pada kelangsungan para calon dokter dari Fakultas Kedokteran yang harus menjalani studi lapangan (praktik) disejumlah rumah sakit, baik yang ada di Malang mapun luar Malang. Akibatnya, mereka yang praktiknya di luar Malang, mau tidak mau harus berjauhan dengan kampus, sehingga efektifitas dan efesiensi waktunya terganggu. Pembangunan RSAUB yang mengandalkan anggaran dari APBN itu sebelumnya juga terhambat oleh perizinan dan protes warga sekitar lokasi. Warga menolak pembangunan rumah sakit karena sebelumnya atau pada saat sosialisasi, lahan tersebut akan dibangun mal, bukan rumah sakit. Oleh karena itu, warga sekitar setuju karena tidak ada dampak limbah yang mencemari lingkungan, namun faktanya dibangun rumah sakit, sehingga warga protes. Akibat protes warga tersebut, surat izin mendirikan bangunan (IMB)-nya juga terhambat.(*)
Pembangunan RSAUB Malang kembali Dilanjutkan
Rabu, 27 Februari 2013 7:38 WIB