Ketidakjelasan Penyebab Karut Marut Tata Niaga Daging
Senin, 11 Februari 2013 9:02 WIB
Surabaya - Ketidakjelasan dalam menerapkan sejumlah aturan menjadi penyebab karut marut tata niaga daging di Indonesia sehingga beberapa oknum tak bertanggung jawab dengan seenaknya memunculkan strategi bisnis tertentu.
"Sebagai contoh, saat ini masyarakat sangat membutuhkan daging sapi potong. Tapi, pemerintah justru memperbolehkan pengimpor mendatangkan sapi perah dari luar negeri," kata Ketua Paguyuban Pedagang Daging Sapi Jawa Timur, Muthowif, dihubungi dari Surabaya, Senin.
Selain itu, ungkap dia, upaya Dinas Peternakan Jatim merealisasi Program Swasembada Daging pada tahun 2014 dan mengakibatkan adanya Program Bantuan Sapi.
"Namun, kini untuk sekali lagi hal tersebut juga tidak jelas penerapannya," ujarnya.
Bahkan, jelas dia, pelaksanaan tender untuk Program Bantuan Sapi cenderung tertutup atau hanya diketahui oleh sejumlah orang yang berada di Dinas Peternakan Jatim.
"Anggaran tender untuk Program Bantuan Sapi di Jatim pada tahun 2011 mencapai sekitar Rp110 miliar," katanya.
Pada saat itu, tambah dia, pelaksana tendernya adalah Dinas Peternakan Jatim. Meski demikian, sampai sekarang belum jelas ke mana saja penyaluran Program Bantuan Sapi tersebut.
"Memang ada yang mengetahui bantuan sapi itu dialokasikan ke Mojokerto. Tapi, kami belum tahu pasti sehingga kini perlu diselidiki bagaimana kebenarannya," katanya.
Apabila seluruh penerapan aturan tata niaga daging sapi kian membaik, optimistis dia, pedagang daging sapi potong di Jatim maupun secara nasional tidak perlu khawatir terhadap kelangkaan stok komoditas itu. Jika masih memburuk maka harga daging sapi potong semakin meningkat dan masyarakat kembali dirugikan.
"Selain ketidakjelasan aturan, faktor selanjutnya adalah jumlah populasi sapi yang tidak merata juga menjadi penyebab carut marut tata niaga daging sapi," katanya.
Apalagi, lanjut dia, sampai saat ini mayoritas permintaan daging sapi di Pulau Jawa dipasok dari Jatim. Padahal, Provinsi Jawa Tengah yang memiliki lahan sangat luas berpotensi sebagai sentra sapi potong.
"Sesuai data Dinas Peternakan Jatim tahun 2010 dan masih digunakan hingga kini, populasi sapi di provinsi ini ada 4,7 juta ekor. Angka tersebut menyumbang 32 persen terhadap pasar nasional," katanya.(*)