Bojonegoro - Sri Supatmiati (58), perajin Batik Jumput asal Desa Prayungan, Kecamatan Sumberrejo, Bojonegoro, mengemukakan, perajin batik jumput harus berani mengembangkan motif batik, tidak hanya berkutat pada motif lama, agar bisa berkembang. "Perajin juga harus berani memilih warna yang "ngejreng" (mencolok), sebab kekuatan motif Batik Jumput terletak di pengembangan motif dan warna," jelasnya, Kamis. Ia menyebutkan, perajin Batik Jumput tidak hanya dirinya, tapi ada di berbagai daerah lainnya di Jatim, di antaranya di Pasuruan dan Nganjuk. Namun, menurut dia, perajin batik jumput yang ada itu, hanya mengandalkan motif awal batik jumput yaitu berupa kain yang diikat dengan karet, kemudian dicelupkan ke pewarna, tanpa berani mengembangkan dengan membuat motif jenis motif baru. "Pengembangan motif dan memilih warna yang mencolok dan harus bisa dilakukan para perajin, agar produksinya bisa disukai pasar," ucapnya. Ia mencontohkan, pengembangan motif batik jumput yang dilakukan untuk kain mukena, yang bawahnya diberi kombinasi warna warna-warni, selain khas batik jumput, sangat diminati konsumen di berbagai daerah di Indonesia, termasuk konsumen Aceh. Sri Supatmiati yang menekuni kerajinan batik jumput, sejak 1989, saat ini sudah mampu menciptakan 15 motif baru batik jumput, terbanyak berupa bunga untuk memperindah kombinasi, selain memilih warna yang mencolok, baik biru, merah, kuning atau warna lainnya. "Omzet batik jumput saya sekitar Rp70 juta/bulan, dengan pemasaran tidak hanya di sini, tapi juga di Surabaya di lima lokasi," jelasnya. Motif batik jumput yang dikembangkan, di antaranya motif titik tiga, titik empat, titik empat campur, titik enam, bunga, tulip dan kembang lima. Menurut dia, proses pembuatan Batik Jumput cukup sederhana, kain warna putih dengan jenis paris, santung, bisa juga sutera, kemudian di bagian yang diingini dijumput dengan karet gelang. Di sebuah kain, proses jumputan karet gelang tersebut, jumlahnya bisa puluhan, bahkan lebih bergantung selera motif yang dibuat. Tahap selanjutnya, kain tersebut dicelupkan ke pewarna juga sesuai selera. "Selama ini motif batik jumput kembang lima paling disukai konsumen, karena konsepnya berwarna warni," paparnya. Ia menambahkan, berawal dari bekerja sendiri, akhirnya industri Batik Jumput yang dikembangkan tersebut, bisa memancing warga di sekitarnya untuk ikut menekuni membuat Batik Jumput. Dalam perkembangnya, di desa setempat ada sekitar 60 sentra perajin batik jumput. Mengenai kemampuannya di bidang kerajinan batik jumput itu, ia mengaku, akan memberikan pelatihan mengenai batik jumput kepada sekitar 40 perajin batik dari berbagai daerah di jatim, di Surabaya, dalam waktu dekat ini. "Pelatihan batik yang akan saya berikan itu atas prakarsa Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jatim," ucapnya. (*)
Sri Supatmiati: Motif Batik Jumput Harus Bervariasi
Jumat, 11 Januari 2013 9:53 WIB