Bojonegoro - Sejumlah peternak berasal dari Jombang dan Ngawi, Jawa Timur, kesulitan memperoleh pakan alami untuk bebek yang digembalakan di areal persawahan di Desa Ngulangan, Kecamatan Dander, karena banjir. "Saya terpaksa memberi pakan tambahan nasi aking untuk 500 bebek yang saya gembalakan," kata seorang peternak berasal dari Desa Sumberagung, Kecamatan Peterongan, Jombang, Suroso (40), di Bojonegoro, Kamis. Ia menjelaskan, peternak yang mengembalakan bebek tidak hanya dirinya, tetapi ada delapan rombongan peternak bebek lainnya berasal dari Jombang, Ngawi dan Magetan, yang mengembalakan di areal persawahan di Desa Ngulanan, Kecamatan Dander, sejak dua pekan lalu. Rombongan peternak itu, menetap di tanggul Kali Ganggang, anak sungai Bengawan Solo, sekaligus dengan bebek bawaannya yang jumlahnya berkisar 500-1.000 ekor bebek per rombongan. "Bebek semua peternak kesulitan memperoleh pakan alami sejak banjir merendam areal persawahan di sini, selama sepekan," kata dia. Seorang peternak lainnya yang berasal dari Ngawi, Parimin (45), yang membawa 1.000 ekor bebek, mengatakan tidak memberikan pakan tambahan untuk bebeknya karena tidak membawa uang cukup. "Saya hanya membawa uang untuk makan dan tidak memperhitungkan banjir terjadi di areal sawah di sini," katanya. Padahal, katanya, mengembalakan bebek di areal persawahan merupakan pekerjaan para peternak bebek, untuk bisa memperoleh penghasilan dengan mengandalkan menjual telur bebek, tanpa harus mengeluarkan biaya untuk pembelian pakan ternak. "Pedagang telur asal Tuban, sudah biasa langsung datang ke sini untuk membeli telur dengan harga saat ini Rp1.300 per butir," katanya. Ia menyebut secara rinci kebutuhan pakan 100 ekor bebek. Untuk membeli bekatul atau konsentrat bisa mencapai Rp80 ribu per hari, dengan jumlah bebek yang bertelur sekitar 80 persen. Namun, katanya, bebek yang bisa memperoleh pakan alami juga bisa bertelur dengan jumlah yang sama, bahkan bisa berlebih. "Karena pakan alami berkurang, saya hanya bisa memperoleh 13 ekor butir telur per hari," kata Parimin. Meski demikian, katanya, rombongan peternak bebek masih berusaha bertahan di areal persawahan yang banjirnya sudah mulai surut sejak beberapa hari lalu. "Kalau memang kondisi bebek masih sulit bertelur, terpaksa pindah mencari areal persawahan di tempat lain yang tanaman padinya akan panen," kata seorang peternak lainnya berasal dari Magetan, Sukadi. (*)
Berita Terkait
Petani Bojonegoro Belum Tanam Padi setelah Banjir
28 Februari 2013 19:12
BPBD Bojonegoro Sisakan Sebagian Bantuan Sembako
26 Februari 2013 09:34
Pengungsi Bengawan Solo Bojonegoro Kembali Ke Rumah
19 Februari 2013 10:03
Bojonegoro Berlakukan Siaga II Banjir Bengawan Solo
16 Februari 2013 15:11
BPBD Bojonegoro Waspadai Banjir Kiriman
15 Februari 2013 16:05
BPBD Bojonegoro Masih Tetap Siaga Bencana
22 Januari 2013 13:32
Bojonegoro Usulkan Petani Korban Banjir Peroleh Bantuan Benih
9 Januari 2013 20:36
April, Bojonegoro Kerjakan Pembangunan 197 Embung
2 Maret 2013 08:18
