Situbondo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur berkolaborasi dengan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) University untuk mengendalikan deforestasi sekaligus meningkatkan cadangan karbon di area perhutanan sosial dengan menanam 20 ribu berbagai bibit tanaman.
Pengendalian deforestasi dan peningkatan cadangan karbon di area perhutanan sosial Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kendit, ini melibatkan masyarakat sekitar hutan sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan.
"Untuk tahun pertama, kami bersama kelompok tani hutan menanam 20 ribu batang bibit berbagai jenis tanaman kehutanan seluas 40 hektare," kata Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Prof. Dr. Naresworo Nugroho di Situbondo, Jumat.
Puluhan ribu batang bibit berbagai jenis itu, di antaranya kopi robusta, kopi riberika, kelapa hibrida, pete, indigofera, matoa, berbagai jenis mangga serta jenis bibit lainnya.
Prof Naresworo menjelaskan bahwa ragam bibit itu memiliki nilai ekologis sekaligus nilai ekonomi jangka panjang, seperti kopi robusta misalnya, merupakan komoditas yang dapat meningkatkan pendapatan kelompok tani hutan di desa setempat.
Sedangkan tanaman buah, lanjutnya, seperti pepaya, mangga, kelengkeng dan lainnya akan menjadi peluang usaha tambahan bagi masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani hutan di Desa Tambak Ukir itu.
Sementara bibit tanaman voodoo yang menjadi penyerap karbon, seperti pete, matoa, indigofera, kata Prof Naresworo, menjadi kontribusi penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
"Penanaman bibit tanaman kehutanan ini bukan sekadar seremonial, namun menjadi bagian dari strategi jangka panjang meningkatkan cadangan karbon untuk mendukung penurunan gas emisi gas rumah kaca, serta memperbaiki kualitas ekosistem melindungi keanekaragaman hayati dan mendorong pemulihan tutupan lahan," paparnya.

Naresworo menyampaikan bahwa penanaman bibit tanaman di perhutanan sosial itu untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif masyarakat sekitar hutan setempat berbasis agroforestri atau mengelola lahan dengan mengintegrasikan tanaman pertanian dan pepohonan.
"Melalui penanaman ini, kami berharap areal persetujuan perhutanan sosial di Desa Tambak Ukir benar-benar menjadi contoh model pengelolaan hutan yang memberikan manfaat ekologi dan manfaat ekonomi secara seimbang dan berkelanjutan," katanya.
Keberhasilan program penanaman berbagai bibit tanaman itu, menurutnya, memerlukan dukungan dari semua pihak dan mengajak masyarakat agar memelihara dan mengawasinya.
"Terpenting lainnya adalah bisa memanfaatkan kawasan tetap memiliki prinsip kelestarian, dengan kerja sama dan komitmen bersama, kami yakin KTH Desa Tambak Ukir dapat menjadi salah satu contoh implementasi perhutanan sosial," ucapnya.
Sementara itu, Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo menyampaikan program penanaman bibit tanaman kehutanan oleh IPB ini sejalan dengan agenda pemerintah daerah setempat untuk pemulihan ekosistem sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat.
"Dari awal menjabat, saya memang mengajak semua masyarakat untuk menanam, karena deforestasi saat ini sangat membahayakan dan Situbondo sangat berpotensi. Bencana ada, karena deforestasi," kata Bupati Rio.
Bupati berharap kolaborasi strategi pengendalian deforestasi dan peningkatan cadangan karbon di area perhutanan sosial terus berkelanjutan.
"Kegiatan semacam ini kami tentu sangat senang, karena selain bisa menjaga keseimbangan lingkungan, juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan. Kami akan segera menindaklanjuti nota kesepahaman (MoU) dengan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB," tuturnya.
