Tulungagung - Masyarakat pesisir Sine, Desa Sidem, Kecamatan Kalibatur, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, hingga kini masih bertahan di pengungsian setelah aktifnya alat pendeteksi tsunami bersamaan gempa tektonik berkekuatan 5,2 skala richter yang melanda wilayah tersebut, Selasa (18/12). ANTARA di Tulungagung, Rabu melaporkan, sebagian besar warga sampai saat ini masih bertahan di pengungsian yang lokasinya lebih tinggi dari pemukiman mereka, karena takut isu tsunami menjadi kenyataan. "Masih banyak yang belum bersedia pulang meski petugas telah memberi penjelasan bahwa isu tersebut tidak benar," kata Kapolsek Kalidawir, AKP Reta Handayani. Apalagi di kalangan warga berkembang rumor mengenai akan adanya meteor besar jatuh di laut selatan Jawa yang bisa memicu tsunami besar. Menurut Reta, ihwal kemunculan informasi menyesatkan tersebut berasal dari sanak saudara warga Sine yang berada di luar negeri sebagai buruh migran (TKI). "Mereka menggambarkanya seperti adegan di film 2012, semua akan hancur. Padahal semua itu tidak benar. Masalahnya tidak sedikit warga yang percaya," kata Reta. Kegemparan warga yang bermukim di pesisir selatan Kabupaten Tulungagung itu terjadi hanya selang beberapa saat setelah terjadi gempa berkekuatan 5,2 skala richter yang berpusat di sekitar 114 kilometer tenggara Pacitan dengan kedalaman 16 kilometer. Meski rembetan gempa tektonik tersebut di Kabupaten Tulungagung tidak terlalu kuat, namun tetap saja membuat warga panik akan ancaman tsunami yang mampu meluluhlantakkan pemukiman mereka yang berada persis di kawasan pesisir pantai. Hal itu tidak lepas dari aktifnya sarana pendeteksi gempa atau early warning system (EWS), beberapa detik setelah gempa terjadi. Dampaknya, warga Sidem yang baru saja mengikuti simulasi mitigasi bencana tsunami di daerahnya langsung semburat menyelamatkan diri, menuju daerah dataran yang lebih tinggi. Belum ada konfirmasi dari pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung terkait kepanikan warga tersebut. Kepala BPBD Tulunagagung sejauh ini belum memberikan penjelasan atas aktifiasi alat pendeteksi dini gempa di wilayah Sidem yang selama ini dipersepsikan warga sebagai alat peringatan dini datangnya bencana tsunami. "EWS itu alat yang hanya berfungsi untuk mendeteksi gempa, karena dia hanya mengukur amplitudo getaran dalam tanah yang kemudian secara otomatis tersambung ke BPBD. EWS tidak bisa mendeteksi tsunami, melainkan hanya gempa yang belum tentu berpotensi tsunami," kata Bambang, praktisi EWS asal Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek. (*)
Warga Tulungagung Masih Mengungsi
Rabu, 19 Desember 2012 18:41 WIB