Waduk Pacal Bojonegoro Mulai Terisi Air
Senin, 3 Desember 2012 8:31 WIB
Bojonegoro - Waduk Pacal di Bojonegoro, Jawa Timur, mulai terisi air dengan volume mencapai lima juta meter kubik, namun air belum bisa dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pertanian di daerah itu.
Pengamat Waduk Pacal Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Arifin, Senin, mengatakan, perolehan air Waduk Pacal sebesar lima juta meter kubik itu, setelah hujan turun selama sebulan terakhir.
Namun, lanjutnya, air di waduk setempat belum bisa dikeluarkan karena ketinggian air pada duga dengan volume lima juta meter kubik baru mencapai 105 meter.
Menurut dia sesuai prosedur air dikeluarkan melalui pintu pengeluaran, jika ketinggian air pada papan duga sudah mencapai 110 meter dengan volume 15 juta meter kubik.
"Meski demikian, air tetap keluar melalui pintu pengeluaran yang rusak," ucapnya, menjelaskan.
Hanya saja, menurut dia, air yang keluar melalui pintu pengeIuaran yang rusak tidak terlalu banyak, hanya sebatas membasahi jaringan saluran irigasi.
Ia menjelaskan, para petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal, di antaranya di Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo, juga kecamatan lainnya masih belum meminta pasokan air.
Para petani, lanjutnya, masih bisa memperoleh air irigasi untuk sawah dari air hujan yang turun dalam sebulan terakhir sehingga pasokan air dari Waduk Pacal belum dibutuhkan.
Perolehan air di waduk setempat, lanjutnya, masih kalah dibandingkan dengan perolehan air tahun lalu dengan waktu yang sama.
"Di musim kemarau lalu air yang tersisa hanya sekitar 80 ribu meter kubik," jelasnya.
Meski demikian, lanjutnya, keringnya air di waduk setempat tidak mengakibatkan bangunan waduk mengalami kerusakan, misalnya ada yang retak.
Data di UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo, Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.624 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno.
Waduk yang dibangun Belanda pada 1933 itu, pada awalnya mampu menampung air hujan 42 juta meter lebih kubik, namun saat ini kemampuan daya tampungnya menurun hanya sekitar 23 juta meter kubik.
UPT, memperkirakan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, akibat rusaknya daerah tangkapan air di wilayah setempat. (*)