Surabaya (ANTARA) - Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya, Jawa Timur Yona Bagus Widyatmoko memberikan masukan terhadap pelaksanaan program Kampung Pancasila yang digagas Pemerintah Kota Surabaya karena berjalan tanpa perencanaan matang dan minim kajian di lapangan.
"Tapi seyogyanya kalau ingin membuat program kemasyarakatan lakukan kajian dulu dan simulasi. Jangan hanya berorientasi pada hasil, tapi juga kendala dan tantangannya," kata pria yang akrab disapa Cak Yebe di Surabaya, Sabtu.
Menurut Cak Yebe selama ini hampir semua program Wali Kota Surabaya tidak pernah melibatkan DPRD atau bahkan sekadar diajak diskusi. Program yang seharusnya strategis justru langsung dijalankan di seluruh wilayah kota tanpa persiapan yang memadai.
"Yang unik, hampir semua program wali kota ini tidak pernah melibatkan DPRD, bahkan sekadar diajak diskusi. Program tiba-tiba langsung di-running se-Surabaya," ujarnya.
Menurutnya, mekanisme pelaksanaan program yang membagi tanggung jawab setiap kecamatan ke organisasi perangkat daerah (OPD). Hal ini, kata dia, menimbulkan ketimpangan karena kemampuan anggaran tiap OPD berbeda-beda.
"Kalau OPD anggaran besar, mereka akan jor-joran untuk program ini. Tapi kalau OPD yang tidak punya anggaran besar bagaimana," katanya.
Ia menilai, pelaksanaan Kampung Pancasila akan lebih efektif jika diawali dengan pembekalan intensif bagi lurah dan camat. Dengan begitu, pesan dan nilai yang ingin dibangun bisa diteruskan secara berjenjang hingga ke masyarakat tingkat bawah.
"Kalau 153 lurah dan 31 camat diberikan pembekalan Training of Trainer (ToT) secara intensif, mereka bisa meneruskan ke jajarannya, lalu ke RW, RT, Dasa Wisma, hingga Karang Taruna," katanya.
Ia mendorong adanya percontohan sebelum program digelar serentak karena dengan satu percontohan di satu kelurahan per zona bisa menjadi acuan keberhasilan.
"Lebih baik lagi kalau ada percontohan, misalnya satu kelurahan per zona wilayah Surabaya dijadikan contoh," ujarnya.
Menurut dia, tujuan utama Kampung Pancasila harus berfokus pada penguatan kultur masyarakat, khususnya generasi muda Surabaya. Jika program ini gagal, Pemkot perlu memikirkan konsep baru yang lebih dekat dengan kearifan lokal.
"Kampung Pancasila kalau tidak sampai sukses ya membuat kampung dengan istilah baru dengan mengusung kearifan lokal. Tujuannya memperkuat kultur agar terbangun fanatisme emosional arek Suroboyo," katanya.
