Ponorogo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Ponorogo mengasah kemampuan para mahasiswa dalam bidang menulis, dengan menggelar Lomba Jurnalistik Grebeg Suro Ponorogo 2025, yang bersamaan dengan ajang Festival Reog Nasional.
"Bagi mahasiswa, lomba ini mengasah keterampilan menulis mereka, sekaligus memperdalam pemahaman tentang budaya lokal, yakni reog," kata Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, pada penyerahan hadiah pemenang lomba jurnalistik di Ponorogo, Jawa Timur, Selasa malam.
Menurut dia, pemilihan tema Grebeg Suro juga bertujuan agar peserta mampu mengeksplorasi dan menyajikan berbagai aspek menarik dari perayaan tradisional ini dalam bentuk karya jurnalistik yang kreatif dan informatif.
Bupati menegaskan bahwa penilaian dewan juri adalah objektif. Bahkan sebelum dinilai juri, Kang Giri, sapaan bupati, tidak bersedia membaca naskah peserta yang masuk, karena khawatir mempengaruhi penilaian juri. Baru setelah dinilai juri, Kang Giri dibuat takjub, saat membaca naskah tulisan yang ditetapkan juara.
"Tulisan para juara ini sudah seperti wartawan betulan, bagaimana pemilihan angel, narasinya, keren. Menulis tidak sekadar menulis, tapi memotret keadaan seutuhnya. Dengan menulis menjadi hebat, dengan menulis dapat menguasai apapun, selamat untuk para juara," ujar Kang Giri.
Sementara ketua panitia lomba Dinar Putra Perdana mengapresiasi ratusan karya yang masuk dari berbagai daerah di Indonesia. Menurutnya, Grebeg Suro tidak hanya suguhan budaya dan tradisi, namun akan abadi, seperti tulisan para peserta.
Dewan juri menetapkan Nur Imaniah Permana sebagai juara pertama dengan judul karya "Realita magis bikin tangis", disusul Mualif Hidayatullah dengan judul "Menari dalam pelukan sunyi yang mati suri". Keduanya merupakan mahasiswa yang aktif dalam Himpunan Mahasiswa Penulis (HMP) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo.
Juara tiga diraih Evilia Desi Dianasari dengan judul "Darah Ponorogo di tanah rantau: Kristin dan mimpi menari di panggung Grebeg Suro", juara empat Jerry dengan judul "Grebeg Suro 2025: Ketika langkah jadi doa, ketika tradisi menyapa zaman", dan juara lima Leady Alfilia Mayada dengan judul "Kirab Pusaka Grebeg Suro Ponorogo, Sejarah Bumi Reyog Ponorogo hingga Perputaran Ekonomi".
Pembina HMP Dr Sutejo, MHum mengaku gembira dengan prestasi mahasiswanya itu. Bagi dia, menulis adalah seberapa banyak seseorang terus berlatih untuk mengasah kemampuannya. Nur Imaniah dan Mualif telah menunjukkan bukti bahwa berlatih yang terus menerus akan mengantarkan seseorang untuk mahir menulis.
"Kami memang mendorong mahasiswa untuk terus belajar menulis. Kelak, mereka menekuni profesi apapaun setelah lulus dari bangku kuliah, kemampuan menulis akan sangat membantu profesi yang mereka tekuni," kata Sutejo yang merupakan tokoh literasi nasional ini.