Surabaya (ANTARA) - Universitas Kristen Petra (UK Petra) Surabaya bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) mengembangkan sustainable eco-tourism (SET) mangrove Kelurahan Wonorejo Rungkut melalui pemberdayaan UMKM, inovasi produk lokal, dan penguatan komunitas cerdas.
“UMKM merupakan salah satu bagian dari ekowisata yang akan menjadi layanan bagi turis sekaligus sumber perputaran ekonomi lokal,” kata anggota pelaksana program dari UK Petra, Astri Yogatama, S.Sos., M.Si., di Surabaya, Sabtu.
Ia menjelaskan, sejumlah tantangan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar mangrove menjadi latar belakang hadirnya program ini, seperti belum standarnya kualitas bibit, belum optimalnya pemanfaatan hasil panen non-utama, rendahnya kesadaran ekonomi, serta keterbatasan legalitas usaha dan kesenjangan sosial.
Sebagai solusi, UK Petra dan WVI mendorong komersialisasi produk olahan berbasis mangrove mulai makanan hingga kerajinan tangan serta membangun platform aplikasi digital untuk memfasilitasi promosi produk lokal ke pasar domestik dan internasional.
Anak-anak di kawasan Wonorejo Rungkut juga turut dilibatkan melalui edukasi lingkungan oleh dosen dan para mahasiswa Ilmu Komunikasi, sebagai strategi pelestarian jangka panjang. “Mereka menjadi support system dari program SET untuk keberlanjutan,” tambah Astri.
Team Leader Proyek MARVEL SEA, WVI, Mangara, menilai UK Petra sebagai mitra strategis karena memiliki pendekatan multidisipliner yang melibatkan bidang komunikasi, desain, teknologi, dan manajemen pariwisata.
“UK Petra memiliki reputasi akademik yang kuat dan rekam jejak pengabdian masyarakat yang luar biasa,” ujarnya.
Salah satu bentuk implementasi program dilakukan melalui kegiatan Pemberdayaan dan Bimbingan Gratis untuk Pejuang UMKM 2025 yang digelar di Balai Kelurahan Wonorejo Rungkut, Surabaya, Sabtu.
Dalam kegiatan tersebut, dosen Program Kulinari Bisnis Manajemen UK Petra, Agung Harianto, mempraktikkan pembuatan produk kuliner berbasis mangrove kepada warga.
“Hari ini saya buat nastar dengan isian nanas dicampur kulit mangrove, sementara kulit nastarnya pakai tepung mangrove. Selain itu, juga ada sirop dan olahan seafood berbahan dasar mangrove,” ujar Agung.
Menurutnya, produk kuliner berbasis mangrove dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat karena mudah dikembangkan dan memiliki potensi pasar.
Warga Wonorejo Rungkut, Nining Zahro, mengungkapkan bahwa ia telah mengembangkan produk kerajinan tangan bertema mangrove, seperti lukisan pada topi, kain, sepatu, dan totebag.
“Dulu saya ikut UMKM sejak 2010, tapi mulai fokus ke mangrove dua tahun terakhir setelah tahu program dari Wahana Visi Indonesia. Alhamdulillah, sekarang produk saya diminati hingga ke Eropa,” ujarnya.
Nining juga mengapresiasi pelatihan kuliner yang digelar, meski dirinya berasal dari bidang kerajinan.
“Bagus sekali. Saya jadi tertarik ke kuliner juga. Ini bisa memperluas wawasan dan diversifikasi produk,” ucapnya.
Lurah Wonorejo Rungkut, Ari Hardini, ST, MM, berharap masyarakat memanfaatkan peluang pelatihan ini untuk meningkatkan kapasitas usaha mereka.
“Wahana Visi Indonesia banyak memberikan pelatihan. Saya harapkan UMKM di sini bisa lebih maju. Mereka harus optimistis dan jangan menyerah. Dengan pendampingan ini, mereka diharapkan mampu bangkit dan meningkatkan kondisi ekonominya,” katanya. (*)
Advertorial
UK Petra dan WVI sinergi kembangkan sustainable eco-tourism mangrove Wonorejo
Sabtu, 14 Juni 2025 18:53 WIB

Dosen Program Kulinari Bisnis Manajemen UK Petra, Agung Harianto (putih), mempraktikkan pembuatan produk kuliner berbasis mangrove kepada warga. (ANTARA/Willy Irawan)
Alhamdulillah, sekarang produk saya diminati hingga ke Eropa