Surabaya (ANTARA) - SMP Labschool Unesa 3 Surabaya memamerkan 80 karya siswa kelas 9 dalam gelar karya bertajuk "Dream it, Make it, Be it!", sebagai proyek kelulusan dan bentuk implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka.
Kepala SMP Labschool Unesa 3 Surabaya Dian Hijrah Saputra mengatakan kegiatan tersebut menjadi wadah untuk menyalurkan potensi dan kreativitas murid melalui karya orisinalnya.
“Tahun ini lebih bervariatif dan inovatif untuk produknya karena mencapai 80 produk yang harus dipresentasikan, jadi kami gelar selama dua hari,” kata Dian saat ditemui disela kegiatan, di Mall Ciputra World Surabaya, Selasa.
Dian menjelaskan, seluruh karya dikelompokkan dalam enam tema utama, yaitu teknologi, contohnya produk Smart Home sebagai solusi rumah tangga berbasis digital, Art and Fashion seperti karya berupa lagu ciptaan sendiri hingga rancangan busana.
Kemudian, Eco Product, salah satunya komposter vertikal yang ramah lingkungan, Food dengan inovasi Bakso Sehat tanpa bahan pengawet dan Literatur yang menghadirkan materi edukatif seperti Flash Card Hiragana serta buku cerita.
Selanjutnya, untuk tema Architecture and Innovation dengan salah satu karya Exo Enzim Shampo hingga simulasi abrasi untuk edukasi mitigasi bencana.
“Mereka harus bertanggung jawab dengan karyanya sendiri melalui presentasi karena ada juri yang bertanya, dan saya lihat pertanyaannya benar-benar detail. Artinya, kalau pekerjaannya itu tidak plagiat,” ujarnya.
Dian menambahkan, proyek ini tidak hanya melatih inovasi dan kolaborasi antarmurid, tetapi juga menanamkan nilai-nilai tanggung jawab, kepedulian lingkungan, dan semangat gotong royong sesuai karakter pelajar Pancasila.
“Harapannya, lulusan SMP Labschool Unesa 3 tidak hanya memahami teori pembelajaran, tetapi juga dapat mengimplementasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Sementara itu, salah seorang orang tua siswa kelas 7 bernama Retno menilai apa yang dilaksanakan oleh SMP Labschool 3 Surabaya melalui gelar karya kelulusan tersebut, untuk mengasah kemampuan personal siswa yang bisa berguna di kemudian hari.
"Jadi anak-anak ini tidak hanya diajarkan materi saja, tapi juga soft skill. Nantinya apa yang anak-anak lakukan ini bisa mereka gunakan misalkan nanti mereka saat SMA atau bahkan sampai kuliah," kata Retno.
Selain itu, kata dia, saat pelaksanaan pihak sekolah juga mempersilakan siswa kelas 7 dan 8 untuk menyaksikan presentasi produk dari kakak kelasnya sebagai bekal dan inspirasi saat menjelang kelulusannya nanti.
"Kebetulan saya kan dari wali murid yang masih kelas tujuh. Artinya yang positifnya bagi saya yang wali kelas, kelas tujuh, sudah bisa mempersiapkan untuk mendukung anak nantinya ketika kelas sembilan," ujarnya.