Surabaya (ANTARA) - Pakar pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya Achmad Hidayatullah menyambut baik keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti mengembalikan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat SMA mulai tahun ajaran 2025/2026.
Dayat, sapaan akrabnya di Surabaya, Senin, menilai penjurusan dapat mendorong siswa untuk lebih fokus dan efisien dalam proses belajar.
“Dengan sistem jurusan, siswa tidak akan terbebani oleh materi yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya. Ini akan meningkatkan kesiapan mereka melanjutkan studi ke perguruan tinggi,” ujarnya.
Terkait kekhawatiran bahwa sistem penjurusan dapat mempersempit wawasan siswa, Dayat menilai hal tersebut tidak berdasar.
Menurut dia, kurikulum tetap mengakomodasi pembelajaran lintas bidang secara proporsional.
“Misalnya, siswa IPS tetap akan belajar matematika sesuai kebutuhan, begitu pula siswa IPA tetap mendapat pelajaran ilmu sosial dalam porsi yang tepat,” katanya.
Alumnus Doctoral School of Education University of Szeged, Hungaria itu juga mengungkapkan bahwa sistem tanpa jurusan justru kurang menguntungkan bagi siswa karena harus mempelajari terlalu banyak mata pelajaran yang tidak semuanya relevan.
“Jika dibiarkan, hal ini berpotensi menurunkan minat siswa terhadap jurusan-jurusan seperti matematika, fisika, kimia, atau biologi di perguruan tinggi,” tambahnya.
Meski demikian, Dayat menegaskan perlunya peran aktif sekolah dan guru dalam menghilangkan stigma bahwa jurusan IPA lebih unggul dibandingkan jurusan lain.
“Dalam kerangka teori kognitif sosial, guru memiliki peran penting dalam membangun kepercayaan diri siswa di semua jurusan. Tidak boleh ada lagi anggapan bahwa satu jurusan lebih baik dari yang lain,” ujarnya.