Surabaya (ANTARA) - Direktur Utama Genza Education Samsul Maarif menyatakan lembaganya tengah menyiapkan formulasi terbaru dalam metode pembelajaran untuk menyesuaikan dengan kebijakan baru Kementerian Pendidikan terkait diberlakukannya Tes Kompetensi Akademik (TKA) sebagai salah satu syarat seleksi masuk perguruan tinggi.
Sebagai lembaga pendidikan yang telah memiliki 150 kantor cabang di seluruh Indonesia dan berdiri selama dua tahun, Genza Education mengambil langkah strategis dengan merumuskan ulang konsep pengajaran dan evaluasi siswa.
“Formasi-formasi soal model-model keputusan dan formulasi latihan sudah kami susun untuk memastikan adik-adik siap menghadapi TKA. Ini akan menjadi ganti dari ujian nasional yang sebelumnya menjadi tolok ukur,” ujar Samsul di Surabaya, Selasa.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sebelum kebijakan baru ini, Genza telah berfokus mempersiapkan siswa menghadapi berbagai jalur seleksi masuk perguruan tinggi, termasuk jalur prestasi. Namun dengan hadirnya TKA, maka pendekatan pembelajaran perlu disesuaikan.
“Kami akan mengatur ulang kurikulum dan pola pengajaran. Kalau sebelumnya kami fokus ke UTBK, kini kami geser agar siswa lebih siap menghadapi TKA,” tambahnya.
Samsul juga menyoroti bahwa setelah dihapuskannya Ujian Nasional, semangat belajar siswa cenderung menurun. Oleh karena itu, ia menyambut baik kehadiran TKA sebagai pemicu baru dalam membangun kembali semangat belajar para siswa.
“Walaupun TKA tidak menentukan kelulusan, tapi bisa jadi pemantik semangat adik-adik untuk lebih disiplin dan termotivasi belajar,” ungkapnya.
Ia berharap kebijakan ini dapat menciptakan iklim belajar yang positif, di tengah tantangan era digital yang turut memengaruhi pola belajar siswa saat ini.
Sementara itu, Anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur, Dr. Suko Widodo, menilai kehadiran TPA sebagai pengganti UN merupakan langkah yang perlu ditindaklanjuti secara serius oleh lembaga pendidikan.
“Di mana pun proses belajar itu harus ada evaluasinya. Tes ini bisa menjadi cara untuk mengukur sejauh mana capaian siswa,” ujarnya di Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, sekolah-sekolah harus mulai mempersiapkan diri dengan baik menghadapi skema evaluasi baru tersebut, terlebih di tengah kondisi pendidikan yang masih mengalami tantangan pasca-pandemi.
“Sekarang ini banyak siswa yang belum memiliki kedisiplinan belajar. Dengan adanya tes seperti TPA, siswa harus lebih serius dalam mempelajari materi pelajaran agar capaiannya tidak asal-asalan, tapi benar-benar berkualitas,” tambahnya.
Ia menekankan pentingnya kesungguhan sekolah dalam menjalankan fungsi pendidikan, bukan sekadar merayakan selesainya kegiatan pembelajaran.
“Jangan sampai pendidikan terjebak dalam selebrasi yang justru menjauhkan dari tujuan utama pendidikan itu sendiri. Harus ada parameter yang jelas untuk mengukur potensi siswa secara objektif,” tegasnya.