Surabaya (ANTARA) - Genza Education menggelar Grand Try Out Tes Kemampuan Akademik (GTO-TKA) 2025 sebagai penegasan pentingnya persiapan nyata bagi siswa menghadapi ujian, bukan sekadar larut dalam tontonan hiburan akademik.
“Belajar itu akarnya kepahitan, tapi buahnya manis,” kata akademisi sekaligus anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur, Dr. Suko Widodo, di Surabaya, Rabu.
Ia menilai banyak lomba cerdas cermat di televisi lebih menonjolkan drama dan gimmick panggung dibandingkan substansi pendidikan. Padahal, lanjutnya, ujian sesungguhnya justru berlangsung dalam ruang sunyi dengan tekanan waktu dan beban psikologis.
“Kita sering bangga pada tontonan, padahal literasi kita rendah. PISA (Programme for International Student Assessment) mencatat peringkat literasi Indonesia masih jauh tertinggal, dan itu memalukan di mata dunia,” ujarnya.
Kesadaran akan kebutuhan persiapan nyata itu mendorong Genza Education melaksanakan GTO-TKA sejak Agustus hingga September 2025, salah satunya pada 15–28 September, melibatkan siswa SD, SMP, dan SMA di berbagai daerah.
Direktur Utama Genza Education Syamsul Maarif menjelaskan, GTO-TKA dirancang menyerupai atmosfer ujian resmi sehingga siswa terbiasa mengelola waktu, mengendalikan tekanan, serta mengevaluasi kemampuan akademiknya.
“Bimbingan belajar yang baik itu harus realistis, bukan pamer lomba cerdas cermat penuh drama. Untuk siswa, yang mereka butuhkan adalah persiapan menghadapi ujian nyata,” katanya menegaskan.
Ia menambahkan hasil try out berskala nasional itu akan dievaluasi mendalam sehingga siswa dan orang tua memperoleh gambaran posisi belajar di tingkat lokal maupun nasional.
Selain GTO-TKA, Genza Education juga meluncurkan program Shack Shock September meliputi Program Reguler SD–SMA, Program Intensif Tes Kemampuan Akademik (TKA) bagi kelas akhir, serta Program G-Advanced untuk kelas 12 dan gap year.
Seluruh layanan didukung Genza Sistem Terintegrasi (GESIT) yang mencakup tutor profesional, modul sesuai kurikulum, soal latihan, evaluasi, konseling, serta koordinasi dengan orang tua.
“Kalau persiapan ditunda, penyesalan sering datang terlambat. Kami ingin anak-anak berlatih dari sekarang sehingga ketika hari H tiba mereka menghadapi TKA dengan tenang, bukan panik,” ujar Syamsul.
Ia menegaskan program ini bukan sekadar menghadirkan tontonan, melainkan gladi resik siswa sebelum menempuh ujian sesungguhnya. Dengan begitu, siswa dapat menumbuhkan disiplin, manajemen waktu, dan kepercayaan diri, sementara orang tua memperoleh kepastian bahwa anak mereka siap menghadapi masa depan.
